Sunday, July 26, 2009

S E J A R A H G E R E J A

Disusun oleh Joseph Handoko

Constantin yang Agung adalah kaisar Romawi pertama yang menjadi Kristen. Karena dia tidak mau ada kenangan yang jelek dengan masa mula-mula Kekristenan lahir dan disiksa serta dikejar-kejar oleh penguasa Romawi, maka sebagai kaisar Romawi yang memeluk agama Kristen ia mendirikan ibu kota baru di timur dan memakai namanya Constantinopel sebagai ibu kota kekaisaran Romawi Timur.

Pada saat itu ada lima ke-Paus-an atau ke-Patriarkh-an yaitu, Constanopel, Antiokhia, Alexandria, Yerusalem di timur dan Roma di barat yang masing-masing dipimpin oleh seorang Patriakh atau Paus.

Untuk melawan bidaah-bidaah (heresy) dan ajaran sesat dan untuk membentengi iman Kristen yang murni maka pada tahun 325 di Nikea dan tahun 381 di Constantinopel diadakan Konsili Ekumenis dan ditentukan Pengakuan Iman atau Credo atau Syahadat Panjang yang biasa dikenal sebagai Credo Nikea-Constantinopel. Disamping Credo Panjang ini gereja Katolik mengenal juga Credo Pendek atau Credo Para Rasul.

Hampir diseluruh dunia Gereja Katolik memakai Credo yang panjang, kecuali gereja Katolik di Indonesia yang sering memakai Credo yang pendek, hanya sewaktu-waktu saja memakai Credo Panjang.

Bagian Roh Kudus pada Credo Panjang, aslinya menurut Konsili Nikea-Constantinopel dikatakan :

..............................................

Aku percaya akan Roh Kudus,

Ia Tuhan yang menghidupkan,

Ia berasal dari Bapa,

Yang serta Bapa dan Putera

Disembah dan dimuliakan;

..........................................

Tetapi pada tahun 589 dikonsili lokal di Toledo, Spanyol bagian “Ia berasal dari Bapa” ditambahkan dengan kata “ dan Putera” dengan maksud yang baik, yaitu untuk memperjelas ke-Ilahi-an Yesus yang ditentang oleh Arius yang mengatakan Putera itu bukan Ilahi tapi hanya ciptaan Allah yang pertama.

Dari Spanyol ajaran Filioque menyebar ke Perancis dan setelah Kaisar Perancis Charlemagne mengetahui Credo atau Pengakuan Iman gereja di Perancis berbeda dengan di Roma, ia memaksakan menambahkan kata “dan Putera” . Tetapi Paus Roma, Leo III (795-816) menolaknya karena hal ini bertentangan dengan Credo yang asli keputusan Konsili Nikea-Constantinopel.

Tetapi pengaruh negara sangat kuat dan pemakaian Filioque menyebar kemana-mana sehingga pada tahun 1014 , Henri II, kaisar Perancis berhasil menekan Paus Roma, Benedict VIII untuk memasukkan Filioque kedalam Credo Nikea-Constantinopel.

Paus Benedict VIII terpaksa menerima tambahan ini karena ketergantungan Gereja Roma pada perlindungan militer kekaisaran Perancis terhadap serbuan pasukan Islam yang telah menguasai Spanyol dan siap menyerbu Roma, walaupun secara resmi baru dimasukkan ke dalam Credo (bahasa Latin) pada tahun 1274 pada Konsili Lyon II.

Gereja-gereja di Timur menolak untuk memasukkan tambahan“Filioque”(lengkapnya : “Qui Patre Filioque procedit”) kedalam Pengakuan Iman Nikea-Constantinopel. Alasannya ialah Allah adalah satu-satunya yang kekal dan Allah adalah Esa, jadi dengan keluarnya Roh Kudus juga dari Putera maka ada dua sumber kekekalan dan Allah tidak Esa.

Atas desakan negara-negara di Barat, Gereja Roma ingin memaksakan penambahan kata “Filioque” dalam Credo Nikea-Constantinopel yang dengan keras ditolak oleh Gereja-gereja di Timur. Maka perpecahanpun tidak dapat dihindarkan, maka pada tahun 1054 terjadilah skisma atau perpecahan besar.

Empat ke-Patriarkh-an di Timur, yaitu, Constantinopel, Antiohkia, Alexandria dan Yerusalem tetap tidak menambah kata “Filioque” dalam Pengakuan Iman Nikea-Constantinopel sampai sekarang ,sedang pada Gereja Katolik Roma ada tambahn kata “Filioque”

Perpecahan antara Gereja Timur yang disebut Orthodox dan Gereja Barat yang diwakili Gereja Katolik Roma sudah berlangsung hampir satu millenium atau hampir seribu tahun. Ada satu kebekuan yang bisu karena tidak ada tegur sapa antara kedua belah pihak.

Tetapi sangatlah beruntung pada tahun 1964 atas prakarsa Bapak Paus Paulus VI dan Patriarkh Athenagoras I dari Constantinopel diadakan pertemuan di Yerusalem untuk saling meniadakan anatema atau kutukan antara dua kelompok Gereja besar ini.

Sejak itu tidak kurang dari tiga kali Bapak Paus Yohanes Paulus II mengunjungi rekan Patriarkh nya di Timur. Juga Paus Benedictus XVI dalam kunjungannya ke Turki mengunjungi Patriarkh Constantinopel, Bartholomeus I.

Bahkan Paus Yohanes Paulus II sempat mengeluarkan Surat Apostolik “Orientale Lumen” atau “Terang dari Timur” mengajak kita semua belajar dari Timur. Bahkan dalam Konsili Vatikan II dimasukkan Dokumen-dokumen penting mengenai Gereja-Gereja Timur, yaitu:

Dekrit “Unitatis Redintegratio” Tentang Ekumenisme, bab 3 mengenai : Tinjauan Khusus Tentang Gereja-Gereja Timur, antara lain ditulis naskah sebagai berikut :

(15) “ Dalam ibadat liturgi itu, Umat Gereja-Gereja Timur dengan kidung-kidung yang amat indah mengagungkan Santa Maria Selalu Perawan, yang oleh Konsili Ekumenis Efesus (tahun 431) secara resmi dimaklumkan sebagai Bunda Allah yang suci, supaya Kristus sungguh-sungguh dan dalam arti yang sejati diakui sebagai Putra Allah dan Putra manusia menurut Kitab Suci. Umat Gereja-Gereja Timur juga menghormati dan memuji banyak orang kudus, di antara mereka para Bapa Gereja Semesta.

Sungguhpun terpisah, Gereja-Gereja Timur mempunyai sakramen-sakramen yang sejati, terutama berdasarkan pergantian apostolik, Imamat, dan Ekaristi. Melalui Sakramen-Sakramen itu, mereka masih berhubungan erat sekali dengan kita. Maka dari itu suatu kebersamaan dalam perayaan Sakramen-sakramen, bila situasi memang menguntungkan dan dengan persetujuan pimpinan gerejawi, bukan hanya mungkin, melainkan juga dianjurkan.

Di Timur terdapat kekayaan tradisi-tradisi rohani yang terutama terungkap dalam peri hidup para rahib. Sebab di situ sejak zaman kekayaan para Bapa kudus berkembanglah spiritualitas monastik, yang kemudian menjalar ke kawasan Gereja Barat.

Spiritualitas itulah yang menjadi sumber bagi lembaga hidup religius dalam Gereja Latin, dan kemudian memberinya daya-kekuatan baru. Maka dari itu, sangat dianjurkan supaya Umat Katolik lebih sering menikmati kekayaan rohani para Bapa Gereja Timur yang mengangkat manusia seutuhnya untuk merenungkan mister Ilahi.” (Halaman 205-206)

(17) (Ciri Khas Gereja-Gereja Timur Berkenaan dengan Soal-Soal Ajaran).

“Mengenai tradisi-tradisi teologis Gereja-Gereja Timur yang otentik, harus diakui bahwa tradisi-tradisi itu memang berakar secara mantap dalam Kitab Suci, diteguhkan dan diungkapkan oleh kehidupan liturgis, diperkaya oleh tradisi apostolik yang hidup maupun karya tulis para bapa Gereja Timur serta para penulis hidup rohani. Tradisi-tradisi itu mengantar Umat kepada pola hidup yang baik, bahkan juga kepada kontemplasi kebenaran Kristen sepenuhnya” (Halaman 207)

(18) (Penutup)

“Menyadari semua itu sepenuhnya, Konsili (Vatikan II) suci ini membarui apa yang pernah dinyatakan oeh Konsili-konsili di masa lampau dan oleh para Paus, yakni untuk memulihkan dan melestarikan persekutuan serta kesatuan perlulah tidak menaruh beban lebih berat dari yang memang sungguh diperlukan” (Kis 15 :28). Konsili meminta dengan sangat pula supaya selanjutnya semua usaha ditujukan untuk setapak demi setapak mencapai kesatuan itu, dipelbagai unsur kelembagaan serta bentuk-bentuk kehidupan Gereja, terutama dalam doa dan dialog persaudaraan tentang ajaran-ajaran maupun kebutuhan-kebutuhan yang lebih mendesak akan reksa pastoral pada zaman sekarang. Begitu pula Konsili menganjurkan kepada para Gembala serta Umat Gereja Katolik untuk menjalin hubungan-hubungan dengan mereka, yang tidak hidup di Timur lagi, melainkan merantau jauh dari tanah air. Maksudnya supaya makin meningkatlah kerja sama persaudaraan dengan mereka itu dalam semangat cinta kasih, dengan menyisihkan segala keinginan untuk bersaing. Kalau usaha itu digiatkan sepenuh hati, Konsili suci mengharapkan, supaya robohlah dinding pemisah antara Gereja Barat dan Gereja Timur, pada akhirnya terwujudlah kediaman satu-satunya, dibangun atas Batu Penjuru, yakni Kristus Yesus, yang akan menyatukan kedua pihak,” (Halaman 207-208).

Sangat jelas dari pihak Gereja Barat atau Katolik Roma amat mengingingkan persatuan dan penyatuan atau paling tidak adanya kerja sama antara Gereja Timur dan Gereja Barat.

Kalau hal ini bisa terjadi, alangkah kayanya apa yang akan dimiliki oleh kedua belah pihak, tepat seperti yang diucapkan oleh seorang imam Katolik Roma di Amerika :

“Hari ini Gereja Katolik Roma bernapas hanya dengan satu paru-paru, tetapi kalau kita bisa bersatu dengan saudara kita dari Gereja Timur (Orthodox) maka kita bisa bernapas secara lengkap dengan dua paru-paru”.

Jadi mengapa kita bertengkar dan saling melemparkan tuduhan-tuduhan yang belum tentu benar, apakah tidak sebaiknya kita saling belajar seperti yang dianjurkan oleh pimpinan Gereja kita sehingga kita lebih kaya dalam pengetahuan mengenai Gereja kita masing-masing.

Masih ada tersisa mengenai hal-hal yang tidak jelas yang berhubungan dengan “Filioque” yang terdapat dalam ayat-ayat Kitab Suci tentang Roh Yesus berikut ini :

Gal 4 : 6 à Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh AnakNya ke dalam hati kita yang berseru : “ya Abba, ya Bapa”

Flp 1 : 19 à karena aku tahu, bahwa kesudahan semuanya ini ialah keselamatanku oleh doamu dan pertolongan Roh Yesus Kristus

Kis 16 : 7 à Dan setibanya di Misia mereka mencoba masuk ke daerah Bitinia, tetapi Roh Yesus tidak mengizinkan mereka.

Ayat- ayat tersebut di atas berbicara tentang Roh Yesus setelah kebangkitanNya dan setelah Yesus dipermuliakan, seperti kita lihat pada ayat-ayat dibawah ini :

Kis 2 : 32 à Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tenteng hal itu kami semua adalah saksi.

33 à Dan sesudah Ia ditinggikan oleh tangan kanan Allah dan menerima Roh Kudus, yang dijanjikan itu, maka dicurahkanNya apa yang kamu lihat dan dengar di sini (pada saat Pentakosta)

Tetapi sebelum Yesus dipermuliakan Roh itu belum datang, lihat ayat berikut ini,

Yoh 7 : 39 à Yang dimaksudkanNya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepadaNya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dipermuliakan

Jadi dalam keadaan kekalNya Roh Kudus hanya keluar dari Allah (Bapa) saja seperti yang dikatakan Alkitab dibawah ini :

Yoh 15 : 26 à Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku

Jadi dari ayat di atas Tuhan Yesus sendiri yang mengatakan bahwa Penghibur atau Roh Kebenaran atau Roh Kudus itu keluarNya dari Bapa. Hal ini sesuai dengan pernyataan Alkitab dalam ayat berikut ini :

1 Kor 2 : 10 à Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah.

11 à Siapa gerangan di antara manusia yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri manusia selain roh manusia sendiri yang ada di dalam dia ? Demikian pulalah tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri Allah selain Roh Allah

Dari ayat-ayat di atas dikatakan bahwa Roh Kudus adalah Roh Allah dan tinggalNya dalam Diri Allah, jadi seyogianya keluarNya-pun hanya dari Allah saja.

Untuk menanggulangi kontroversi “Filioque” yang menyebabkan terpecahnya Gereja yang Satu, Katolik dan Apostolik Paus Yohanes Paulus II telah dengan berani mengambil keputusan untuk memberi izin menghilangkan kata “dan Putra” dari syahadat Nikea-Constantinopel versi Latin ( bahan diambil dari buku “Iman Katolik” Buku Informasi dan Referensi yang dikeluarkan oleh Konferensi Waligereja Indonesia, diterbitkan oleh : Penerbit Kanisius dan Penerbit Obor, Halaman : 319-320)

“Di kemudian hari, di Barat (dalam bahasa Latin), masih ditambahkan satu kata lagi:”berasal dari Bapa dan Putra”. Tambahan ini menimbulkan banyak kesulitan dan pertikaian antara Gereja Barat dan Gereja Timur (Orthodox). Soal ini rumit sekali dan tidak dari semula disadari arti dan akibatnya. Para ahli teologi Barat, mulai dengan St Agustinus (354-430), biasanya mengajarkan bahwa Roh Kudus berasal dari Bapa dan Putra (karena hubungan antara Roh Kudus dan Kristus). Tetapi secara resmi hal itu dimasukkan ke dalam Syahadat (bahasa Latin) baru oleh Konsili Lyon II tahun 1274. Pada tahun 1981 (perayaan 1600 tahun Konsili Konstantinopel I) Paus Yohanes Paulus II memberi izin menghilangkan kata-kata “dan Putra” dari syahadat Latin itu. Sebab dalam syahadat Yunani (dari tahun 381 itu) memang tidak ada kata “dan Putra”. Gereja Timur berpegang teguh pada pendapat bahwa Roh Kudus berasal dari Bapa, sama seperti Putra.”

“Sebetulnya Gereja Barat secara prinsip juga tidak berkeberatan terhadap rumus Timur. Konsili Florence (1442) menyatakan : “Apapun Bapa dan apapun milik-Nya, Ia tidak punya dari yang lain, tetapi dari diri-Nya sendiri, Ia adalah dasar tanpa dasar. Apa pun Putra dan apa pun milik-Nya, Ia punya dari Bapa, Ia adalah dasar dari dasar. Apa pun Roh Kudus dan apa pun milik-Nya, Ia punya dari Bapa bersama dengan Putra. Tetapi Bapa dan Putra bukanlah dua dasar bagi Roh Kudus, melainkan satu dasar”.

B U N D A M A R I A

Disusun oleh Joseph Handoko



Membahas tentang Bunda Maria tidak dapat terlepas dari pembahasan mengenai Tuhan Yesus sendiri. Maria tidak dapat berdiri sendiri, karena tanpa dikaitkan dengan Yesus Maria tidak berarti apa-apa dan tidak ada kaitannya dengan keselamatan umat manusia. Justru karena terkait erat dengan Kristus Bunda Maria menempati kedudukan yang sangat penting dan istimewa dalam karya keselamatan yang dikaruniakan oleh Allah kepada umat manusia dan alam semesta.

Dalam pembahasan ini kita akan menempatkan Bunda Maria pada posisi yang tepat, tidak berlebihan seperti yang dilakukan oleh sebahagian umat Katholik yang bermaksud baik untuk menghormati Bunda Maria dan memberi devosi yang berlebihan sehingga keluar dari konteks ajaran theologi yang benar hingga kerap kali menyulitkan dalam memberikan jawaban kepada pertanyaan-pertanyaan umat yang kritis maupun yang ingin mengetahui lebih dalam mengenai Bundanya .
Kelompok ini disebut sebagai Kristotipikal atau kelompok Maximalis yang cenderung mempersamakan Bunda Maria dengan Kristus.

Sebaliknya juga untuk saudara kita yang Protestan yang cenderung menganggap Bunda Maria tidak ada kaitannya dengan karya keselamatan Kristus dan hampir terlupakan dan bahkan nyaris dilupakan. Hanya disebut paling banyak setahun sekali, yaitu pada waktu Natal, hanya sebagai pelengkap cerita mengenai kelahiran bayi Yesus.
Kelompok ini disebut sebagai Eklesiotipikal atau kelompok Minimalis yang cenderung menghilangkan peran Bunda Maria dalam Gereja.

Devosi yang berlebihan maupun yang cenderung menghilangkan peranan Bunda Maria dalam karya keselamatan Kristus sangat membahayakan untuk kelompok atau orang yang bersangkutan.

Untuk mempelajari peranan Bunda Maria dalam keselamatan menurut iman Katolik sebaiknya kalau terlebih dahulu memahami pelajaran tentang Allah Tritunggal Mahakudus dan Keselamatan itu sendiri.



I I N K A R N A S I

Manusia pertama Adam dan Hawa telah jatuh kedalam dosa dengan melanggar perintah Allah untuk tidak makan buah dari pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat dan menyeret seluruh umat manusia kedalam dosa dan kebinasaan. Untuk memulihkan kembali kekeadaan semula manusia tidak mampu dan tidak dapat melakukannya sendiri dengan cara apapun juga.

Kej 2 : 17  …”tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.”

Hanya Allah-lah yang dapat memulihkan kembali dan membawa umat manusia kekeadaan semula yaitu dengan cara mengutus AnakNya yang Tunggal, yaitu Sang Firman Allah ke dunia dan menjadi manusia. Peristiwa menjelmaNya Sang Firman menjadi manusia inilah yang dinamakan Inkarnasi.

Yoh 1 : 14  Firman itu telah menjadi manusia, dan diam diantar kita….

Peran Maria terkait dengan peristiwa misteri Inkarnasi ini, dimana Firman Allah telah mengambil jasad daging-kemanusiaan Maria ketika lahir kedunia, sehingga Yesus disebut sebagai “buah rahim” Maria,

Luk 1: 42  lalu berseru dengan suara nyaring: “Diberkatilah di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu…

dan sebaliknya Maria disebut sebagai “Ibu Tuhan”

Luk 1: 43  Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku ?

Ternyata dari kedua ayat diatas bayi yang dikandung oleh Perawan Maria, yaitu buah rahimnya adalah Tuhan sendiri.

Fakta inilah yang menyebabkan Gereja Katolik-Apostolik dalam Konsili Ekumenis yang ke III di Efesus tahun 431 mensahkan secara resmi bahwa Maria adalah “Theotokos” (Sang Pelahir Allah atau Bunda Allah), sebab memang konsisten dengan ajaran Alkitab. Gelar Bunda Allah ini menjadi gelar utama bagi devosi dan pemahaman Iman Katolik mengenai Maria.

Gelar ini bukan semata-mata pengangkatan manusia yang diberikan kepada Bunda Maria karena rasa hormat yang mendalam para peserta Konsili III di Efesus tersebut, tetapi secara teologis memang Maria adalah Bunda Allah.


II MARIA ADALAH BUNDA ALLAH (THEOTOKOS)

Dalam Pengakuan Iman Nikea-Konstantinopel, yang merupakan Syahadat Utama disebutkan Yesus Kristus adalah : Anak Allah yang Tunggal….Terang dari Terang….Allah benar (sejati)….sehakikat dengan Bapa. Dan Anak Allah yang sama ini yang lengkap dengan atribut ke-Ilahi-anNya ….dilahirkan oleh Perawan Maria.

Dengan demikian bayi yang bersemayam dalam rahim Perawan Maria saat ia mengandung bukan manusia biasa namun Ilahi sejati, yaitu “Anak Allah Yang Tunggal”,
atau Firman Allah sendiri yang sedang menjelma atau sedang mengenakan kejasmanian manusia. .

Dengan demikian Maria tidak sekedar menjadi Ibu seorang manusia biasa, namun Ibu dan Bunda dari “Allah Sejati”,yaitu Firman Allah yang sedang menjelma dan menjadi manusia .

Yoh 1 : 14 Firman itu telah menjadi manusia, dan diam diantara kita, dan kita telah melihat kemuliaanNya,yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal Bapa.

Gal 4 : 4  Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus AnakNya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat.

Luk 1: 35  Jawab malaikat itu kepadanya :”Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.

Luk 1 : 42  lalu berseru dengan suara nyaring : “Diberkatilah engkau diantara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu”


III KODRAT YESUS KRISTUS

Dari pembahasan diatas kita tahu bahwa Bayi Yesus yang dikandung Bunda Maria adalah Firman Allah, Sang Logos (Putra Bapa) adalah Allah yang Sejati, yang Satu Dzat-hakekat, Satu Kodrat dengan Sang Bapa.

Yoh 1:1 Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah

Ia turun dari surga menjadi manusia, tetapi disaat yang sama Ia adalah sepenuhnya Ilahi dalam kodratNya.

Kodrat kemanusiaan Yesus diambil dari kodrat kemanusiaan Bunda Maria sehingga sepenuhnya manusiawi.

Fil 2 : 7  …melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia

Ibr 2 : 14  Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka,………

Jadi Yesus Kristus adalah Allah sejati dan manusia sejati, kedua kodratNya tidak mengalami perubahan, pemisahan dan pencampur-bauran. Inkarnasi juga tidak membentuk sebuah kodrat baru, kodrat campuran (Ilahi-manusiawi). Ia tetap Allah dalam kodratNya dengan segala atributNya dan Ia juga adalah manusia sejati dengan segenap intelektualitas dan kelemahannya. Allah dan manusia dalam satu Pribadi : Manunggale kawulo-Gusti.

Inilah yang terjadi dalam rahim Maria dari Nazaret. Allah menjadi manusia sejati, manusia seutuhnya dengan segala kerentanannya. Menjadi manusia berarti Ia menjadi makhluk biasa yang tidak kebal terhadap kelemahan dan kekurangan, walaupun pada saat yang bersamaan Ia adalah Allah Sang Pencipta langit dan bumi. Ke-IlahianNya sebagai Putera Bapa tidak menambah, mengurangi atau meng-imunkan kualitas kemanusiaan Yesus Kristus. Demikian pula kemanusiaan Yesus Kristus tidak mempengaruhi ataupun mencemari Ke-Ilahian Sang Firman Allah. Atau dengan kata lain Sang Firman Allah menjadi manusia tanpa merubah sesuatupun dalam kemanusiaanNya.

Dengan demikian Ia (Sang Firman) turut merasakan setiap kelemahan yang dialami manusia tanpa campur tangan Ke-Ilahian dalam diriNya. Dan melalui karya keselamatan yang Ia lakukan didalam kemanusiaanNya, Ia memulihkan kemanusiaan tersebut kembali kepada kemuliaannya yang semula, yaitu kemuliaan pada waktu Adam dan Hawa dijadikan.

Kalau begitu apa hubungannya dengan Maria ? Dalam hal ini Maria berperan dalam gereja sebagai pagar dogmatis, yaitu melalui Maria dijamin bahwa Kristus yang sepenuhnya Ilahi itu adalah benar-benar sepenuhnya manusia. Bahwa kodrat kemanusiaan itu benar-benar diambil oleh Allah dari Maria untuk ber-inkarnasi, tubuh manusia yang benar, bukan sekedar lambang ataupun maya. Melalui Maria kita tahu bahwa Allah benar-benar nyata datang sebagi manusia sejati dan tinggal beserta kita. Dengan demikian dalam Tuhan Yesus Kristus ada Satu Pribadi dengan Dua Kodrat, yaitu Kodrat Ilahi dan kodrat manusiawi, namun Ia tidak berdosa.

1 Yoh 3 : 5  Dan kamu tahu, bahwa Ia telah menyatakan diriNya, supaya Ia menghapus segala dosa, dan didalam Dia tidak ada dosa.

2 Kor 5 : 21  Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.


IV PARTISIPASI MARIA DALAM MISTERI KESELAMATAN

Kita telah membahas tentang Inkarnasi, Bunda Allah dan Kodrat Yesus Kristus, dibawah ini akan diuraikan sekali lagi partisipasi Bunda Maria dalam Misteri Keselamatan yang dilakukan oleh Yesus Kristus seperti yang dinyatakan dalam Syahadat Nikea-Konstantinopel atau Syahadat Panjang

Firman Allah itu adalah Roh maka pada saat Ia menjelma menjadi manusia maka kemanusiaanNya pasti diambil dari Perawan Maria. Karena Firman Allah yang Roh itu tidak memiliki wujud kemanusiaan dan bukan manusia. Sebagai yang bukan manusia itu Ia turun dari surga….dilahirkan oleh Perawan Maria dan menjadi manusia. Berarti Maria telah ikut berpartisipasi dalam memberikan kemanusiaan kepada Firman Allah, agar Ia dapat disalibkan, wafat dan dimakamkan serta pada hari ketiga Ia bangkit menurut Kitab Suci. Dan tubuh yang telah diambil dari Perawan Maria dan dibangkitkan itu akhirnya dibawa naik ke surga serta duduk di sisi Bapa dan dengan tubuh yang telah dimuliakan yang asalnya dari Perawan Maria itulah nantinya Kristus akan kembali dengan mulia, mengadili orang yang hidup dan yang mati.

Kejasmanian yang menjadi sarana misteri keselamatan yang dilakukan oleh Firman Allah yang menjelma itu sebenarnya milik dan berasal dari Maria. Itulah sebabnya andil Maria bagi keselamatan manusia itu besar sekali, meskipun yang menjalankan keselamatan dengan mengalahkan kematian itu bukan pribadi Maria, tetapi pribadi Anak Allah yang telah mengambil kemanusiaanNya dari Perawan Maria. Jadi Maria bukan juruselamat, dan tidak pula ikut ambil bagian sebagai penebus.

Partisipasi Maria dalam misteri keselamatan ini bukan hanya sekedar pasif saja, dan bukan bertentangan dengan kehendak-bebasnya, namun sepenuhnya dan secara aktif melibatkan kehendak bebasnya. Ketika Malaikat Gabriel mewartakan bahwa Maria terpilih sebagai B u n d a dari Firman Allah yang menjelma (Luk 1: 31-35), adalah dalam hak dan kebebasan Maria sepenuhnya untuk menolak atau menerima tawaran dan pilihan tadi. Namun Maria memilih untuk taat dan menerima kehendak Ilahi ini secara sukarela :

Luk 1 : 38  Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu”


V NUBUAT TENTANG MARIA


1. PERJANJIAN ALLAH KEPADA ADAM DAN HAWA

Pada saat Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa pada saat itu juga Allah Yang Mahapengasih sudah merencanakan keselamatan untuk umat manusia dengan menjanjikan keselamatan melalui AnakNya yang digenapi oleh Maria.

Kej 3 : 15  Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturuanannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.

Nubuatan dari Kitab Kejadian ini terkenal karena mempunyai makna Mesianik (menggambarkan kedatangan Juruselamat) karena itu ayat ini banyak disebut sebagai : “Proto-Evangelion” atau Injil Pertama, karena pada saat kejatuhan manusia yang pertama Allah sudah menjanjikan Injil atau Kabar Gembira tentang keselamatan.
Kata perempuan ini dalam bahasa Yunani adalah tis ginekos, yang berarti perempuan tertentu (bah. Inggris: certain). Jadi jelas bukan Hawa tetapi perempuan lain yang identitasnya paling tidak sudah diketahui oleh Allah.

Juga disebutkan dalam ayat tersebut antara keturunanmu (keturunan si ular) dan keturunannya (keturunan perempuan). Ini agak janggal sebab dalam budaya Semitik di Timur Tengah, keturunan selalu menurut garis laki-laki. Tetapi disini secara jelas yang dimaksud dengan “keturunannya” adalah keturunan perempuan. Dan dalam Kitab Suci Semitik (Yahudi, Kristen dan Islam) hanya ada satu perempuan saja yang diketahui mengandung tanpa benih laki-laki dan dia adalah Maria dari Nazaret.


2 PERJANJIAN KEPADA ABRAHAM

Proto-Evangelion ini makin diperjelas melalui Perjanjian Allah dengan Abraham mengenai keturunannya dalam jalur Ishak, yang melalui-Nya seluruh kaum di muka bumi akan diberkati :

Kej 12 : 1-3 Berfirmanlah TUHAN kepada Abram :…..engkau akan menjadi berkat…. olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.
Janji bahwa Abraham akan menjadi berkat bagi semua umat manusia itu akan terjadi melalui Perjanjian kekal Allah yang akan dilanjutkan melalui jalur Ishak :

Kej 17 : 19  …engkau akan menamai dia Ishak, dan Aku akan mengadakan Perjanjian-Ku dengan dia menjadi perjanjian yang kekal untuk keturunannya.

Perjanjian kekal untuk keturunan Ishak inilah yang juga perjanjian kekal untuk keturunan Abraham itu juga :

Kej 22 : 18  Oleh keturunanmulah semua bangsa akan mendapat berkat……

Jadi Abraham menjadi berkat bagi segenap bangsa melalui “keturunan” ini, dan “keturunan” ini tak lain adalah “keturunan” Ishak juga, yang baginya Perjanjian kekal Allah diperuntukkan. “Keturunan Abraham” dalam jalur Ishak ini dijelaskan dalam Alkitab sebagai berikut :

Gal 3 : 16  Adapun kepada Abraham diucapkan segala janji itu dan kepada keturunannya. Tidak dikatakan “kepada keturunan-keturunannya” seolah-olah dimaksud banyak orang, tetapi hanya satu orang : “dan kepada keturunanmu”, yaitu Kristus.

Kristus-lah “Keturunan Abraham” itu. Maka sebagai Firman yang turun ke bumi menjadi keturunan Abraham, haruslah Dia dilahirkan oleh seorang wanita yang juga memiliki “gen” Abraham, serta berasal dari bangsa keturunan Abraham dari jalur Ishak.

Berdasarkan data Alkitab, Ibu Messias, Ibu Sang Peremuk Kepala Ular tak mungkin seorang wanita yang berasal dari bangsa apa saja, atau hanya kebetulan saja berasal dari bangsa Israel, sebab nubuat membatasi asal-usul Messias, jadi termasuk juga asal-usul Ibu yang melahirkan-Nya, yaitu dari keturunan Abraham dari jalur Ishak, yaitu dari bangsa Israel, bukan bangsa yang lain.



3. PERJANJIAN KEPADA DAUD

Kita tahu Abraham mempunyai dua orang anak, Ismael dan Ishak dan Ishak inilah yang memperanakkan Yakub yang disebut Israel. Dari keturunan Israel inilah akan lahir Daud, seorang raja dan nabi. Kepada Daud ini Allah menjanjikan kekekalan kerajaannya didalam diri keturunannya:

2 Sam 7 : 8-14  …kepada hamba-Ku Daud : beginilah firman TUHAN semesta alam:….Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan AKU akan mengokohkan kerajaannya untuk selama-lamanya. Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anak-Ku.

Janji ini jelas bukan untuk Salomo, anak langsung dari Daud atau raja-raja Israel keturunan Daud lainnya sebab setelah Salomo meninggal kerajaan Daud itu pecah menjadi dua dan kemudian dilenyapkan oleh bangsa Assyria dan Babilonia. Maka janji yang mengatakan : “takhta kerajaannya untuk selama-lamanya” tidak dapat dikenakan kepada raja Israel keturunan Daud manapun. Jadi jelas mestinya akan ada keturunan Daud yang akan memiliki Kerajaan kekal dan kokoh yang sekaligus adalah Anak Allah, itulah Yesus Kristus

Luk 1:32-33  “Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepadaNya takhta Daud, bapa leluhurNya, 33 dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan KerajaanNya tidak akan berkesudahan.”

Itulah sebabnya sebagai Almasih atau Messias selama hidup-Nya di atas bumi ini Yesus Kristus sering disebut sebagai Anak Daud.

Rom 1 : 3  …tentang AnakNya, yang menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud,….

2 Tim 2 : 8  Ingatlah ini : Yesus Kristus, yang telah bangkit dari antara orang mati, telah dilahirkan sebagai keturunan Daud, itulah yang kuberitakan dalam Injilku.

Jika Messias yang “Keturunan Perempuan” dan “Keturunan Abraham” itu juga harus menjadi “Keturunan Daud”, maka perempuan yang menurunkan Messias itu disamping harus menjadi keturunan Abraham, harus pula berasal dari keturunan Daud. Perempuan Ibu Messias itu harus datang dari bangsa Israel keturunan Daud, bukan keturunan sembarang orang, bahkan jika wanita itu datang dari antara suku-suku didalam bangsa Israel itupun, dia harus dari jalur Daud.

Jadi jelas wanita Ibu Messias itu sudah tertentu orangnya sesuai dengan rencana Allah seperti yang dijanjikan-Nya. Allah tak berkarya secara acak atau sembarangan . Dia tak memilih Ibu Messias asal kena, namun memilih wanita yang sesuai dengan ciri-ciri yang telah diwahyukan kepada Adam dan Hawa, juga kepada Abraham dan Daud

Berarti Maria itu sudah ditentukan Allah dalam proses kelahiran Firman-Nya yang turun ke bumi sebagai manusia, sesuai dengan rencana dan janji-Nya


4. NUBUAT NABI

Dari data Alkitab telah diungkapkan tentang siapa Ibu Sang Messias melalui Perjanjian-perjanjian Allah kepada Adam-Hawa, Abraham, Ishak, Yakub dan Daud.

Lewat nubuat nabi Yesaya dipertegas bahwa perempuan yang akan melahirkan Sang Messias itu adalah seorang perempuan muda yang masih dara, yaitu gadis yang masih perawan,yang murni, suci, tidak pernah disentuh laki-laki. Dara muda ini berasal dari umat Yahudi keturunan Daud.

Yes 7 : 14  Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda : Sesungguhnya seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.

Mat 1: 23  Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan mereka akan menamakan Dia Imanuel – yang berarti Allah menyertai kita.

Catatan : Dalam bahasa Yunani, yaitu bahasa asli Kitab Suci Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama (Septuaginta) dituliskan untuk kedua ayat diatas “Parthenos” = perawan, gadis, sedangkan perempuan muda = “Neharis”

Perempuan muda yang masih dara atau perawan itulah yang akan menjadi Ibu Messias, yang adalah Imanuel, yaitu Allah yang menyertai kita karena :

Yoh 1 : 1  Firman itu adalah Allah.

Berarti nubuat ini menunjuk kepada pribadi yang sudah tertentu, yang dalam keadaan perawan mengandung dan melahirkan, dan anaknyapun adalah Allah (Firman Allah) yang menyertai kita.


5. BERASAL DARI BETHLEHEM

Perempuan muda atau anak dara yang akan melahirkan Messias itu haruslah dari keturunan Daud. Kemungkinan acaknya akan makin dipersempit lagi dengan adanya nubuat tentang asal-usul Messias harus dari Bethlehem, sebagaimana yang dinubuatkan dalam Kitab Nabi Mikha sebagai berikut :

Mik 5 : 2  Tetapi engkau, hai Bethlehem Efrata, hai kamu yang terkecil diantara kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagiKu seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala.

Catatan : Bethlehem berasal dari kata Beth dan Lehem, beth = bait = rumah, sedang lehem=lahim= daging
atau bisa dimaknai sebagai roti. Jadi Bethlehem secara harafiah bisa diartikan sebagai Rumah Daging. Kalau begitu jelas nubuat tentang Firman Allah menjadi Daging (Manusia) sudah sejak zaman Nabi Mika sudah dikatakan akan dipenuhi di kota Bethlehem.

Siapakah pemimpin kaum Yehuda yang akan bangkit dari Bethlehem yang permulaannya sudah “sejak purbakala, sejak dahulu kala” ini ? Itulah Yesus Kristus, Alkitab mengatakan demikian :

Ibr 7 : 14  Sebab telah diketahui semua orang, bahwa Tuhan kita berasal dari suku Yehuda…….

Why 5 : 5  Sesungguhnya singa dari Yehuda, yaitu tunas Daud telah menang…….

Yesus Kristus adalah Tunas Daud dan Ia berasal dari Yehuda, serta Ia berasal dari “purbakala, sejak dahulu kala”, karena sebenarnya Ia adalah Firman Allah yang kekal yang sudah ada sebelum dunia ini ada :

Yoh 17 : 5  Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku padaMu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadiratMu sebelum dunia ada

Demikian pula Dia lahir di Bethlehem, sebagaimana yang dikatakan :

Mat 2 : 1  Sesudah Yesus dilahirkan di Bethlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes……

Dengan demikian Maria harus pula berada di Bethlehem ketika Yesus lahir. Dengan demikian makin mempersempit kemungkinan untuk berpendapat bahwa wanita yang akan melahirkan Yesus itu dapat dipilih secara acak.

Ia harus Perempuan yang melahirkan tanpa benih pria, ia harus keturunan Abraham dari jalur Ishak, ia harus keturunan Yakub sebab ia orang Israel, ia harus dari suku Yehuda, ia harus keturunan Daud, ia harus seorang anak dara dan ia harus berada di Bethlehem ketika Yesus lahir.

Syarat nubuat yang demikian tak bisa tidak hanya bisa digenapi oleh Maria saja. Kalau begitu, jelas Maria telah diketahui dan direncanakan Allah sejak awal kejatuhan Adam dan Hawa di Taman Eden.


VI PENGHORMATAN KEPADA BUNDA MARIA DALAM ALKITAB

Dari data Alkitab kita mempunyai alasan dan dasar kuat untuk membuat kita menghormati Bunda Maria.


1 DARI UCAPAN BUNDA MARIA SENDIRI :

Luk 1 : 48 sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hambaNya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia
.
Luk 1 : 49  karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan namaNya adalah kudus.

Kata-kata “segala keturunan” berarti bahwa menghormati Sang Perawan ini adalah keyakinan yang sangat penting yang dimulai dari saat kelahiran Kristus dan akan berlanjut sampai tetap adanya keturunan manusia yang terakhir, diakhir zaman nanti.

Dari kedua ayat diatas kita akan menarik beberapa landasan Alkitabiah bagi theologi Kristen mengenai penghormatan kita terhadap Maria. Maria selalu mengaku dirinya sebagai “hamba Tuhan” atau “hamba Allah” seperti yang kita lihat dalam ayat dibawah ini,

Luk 1 : 38  Kata Maria : “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu”. Lalu malaikat itu meninggalkan dia.

Dan sebagai hamba Tuhan atau hamba Allah, Maria berada dalam “kerendahan” yang tak memiliki apapun untuk dibanggakan. Namun justru dalam kerendahan dirinya itulah Allah “memperhatikan kerendahan hambaNya” itu melalui “perbuatan-perbuatan besar” kepada Maria. Perbuatan besar itu tadi adalah “pemilihan” Maria untuk menjadi Ibu dari Firman Allah yang menjelma, dan “dikenakanNya” benih kemanusiaannya oleh Firman Allah tadi sehingga penjelmaan Firman Allah sebagai bayi itu disebut sebagai “buah rahim” Maria , dan Maria sendiri disebut sebagai “Ibu Tuhan” seperti terlihat pada ayat Alkitab dibawah ini,

Luk 1 : 42  ….lalu berseru dengan suara nyaring : “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu”

Luk 1 : 43  Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku ?


Perbuatan-perbuatan besar Allah ini adalah “misteri” penjelmaan Firman Allah menjadi manusia, sedangkan Maria sendiri tetap sebagai “hamba Allah” yang “rendah”.
Sehingga karena “perbuatan-perbuatan besar” Allah kepada Maria yang sebelumnya belum pernah terjadi dan sesudahnya tak akan pernah lagi terjadi adanya wanita lain yang mengalami seperti itu, maka Maria disebut sebagai “diberkati di antara semua perempuan” Artinya dari semua perempuan yang pernah hidup, baik sebelum maupun sesudah Maria, dia tetap satu-satunya yang terberkati.

Namun Maria dalam dirinya sendiri tetaplah “hamba Allah/Tuhan” yang “rendah”,
tapi karena “perbuatan-perbuatan besar” yang dilakukan Allah kepada Maria menyebabkan Maria menjadi yang terberkati dalam karya Penjelmaan Firman Allah dalam rahimnya.

Hal inilah yang dimaksud oleh Maria dalam kata-katanya dalam (Luk 1 : 48-49) di atas : “….mulai dari sekarang (yaitu, sejak peristiwa Penjelmaan Sang Firman Allah dalam rahimnya) segala keturunan (yaitu, selagi masih ada manusia dilahirkan sampai akhir jaman nanti) akan menyebut aku berbahagia ( bahasa aslinya, Yunani : makariousi me = menyampaikan salam bahagia bagiku), karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku….”

Jadi sejak peristiwa Inkarnasi Almasih dalam rahim Maria itu sampai akhir jaman nanti “segala keturunan” manusia akan menyampaikan salam bahagia kepada Bunda Maria.


2 PERNYATAAN SANTA ELISABET KEPADA BUNDA MARIA : (Lihat Luk 1 : 42-43 di atas).

Ketika itu umur St Elisabet kira-kira sama dengan umur ibunda Bunda Maria, yaitu St Anna, yaitu sekitar 70 tahun. Bagaimana mungkin seorang yang umurnya jauh lebih tua mengatakan “Siapakah aku ini .....?” kepada wanita yang jauh lebih muda. Itu menunjukkan bagaimana ia merasa tidak layak dikunjungi Maria jikalau Elisabet tidak melihat suatu kebesaran dan keagungan didalam diri Maria.

Ia juga menyebut Maria sebagai “Ibu Tuhan”. Lagi pula bagaimana hanya dengan mendengar salam dari Maria saja Elisabet langsung dipenuhi Roh Kudus dan menyebabkan bayi dalam rahimnya melonjak. Alangkah berkuasanya salam dari wanita muda ini.

Luk 1 : 41  Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang didalam rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus.

Sang Perawan Suci dihormati bukan hanya oleh manusia saja, tetapi juga oleh malaikat, yaitu oleh malaikat Gabriel,

Luk 1 : 28  Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata : “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau”

Kita perhatikan bahwa malaikat berbicara kepada Sang Perawan Maria dengan sikap jauh lebih hormat dibandingkan ketika berbicara dengan Zakharia sang imam (Luk 1 : 13)


VII MARIA MEMBANTU MENDOAKAN MANUSIA

Dapatkah Bunda Maria membantu mendoakan kita ? Untuk dapat menjawab pertanyaan ini marilah kita membahas terlebih dahulu beberapa hal dibawah ini :

1 MANUSIA HIDUP WALAUPUN SUDAH MATI

Kitab Suci mengatakan orang tetap hidup walaupun telah mati.

Mat 22 : 31  Tetapi tentang kebankitan orang-orang mati tidakkah kamu baca apa yang difirmankan Allah, ketika Ia bersabda :

Mat 22 : 32  Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub ? Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup.

Mrk 12 : 26  Dan juga tentang bangkitnya orang-orang mati, tidaklah kamu baca dalam kitab Musa, tentang semak duri, bagaimana bunyi firman Allah kepadanya : Akulah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub ?

Mrk 12 : 27  Ia bukanlah Allah orang mati, melainkan Allah orang hidup.....

Pada saat ayat-ayat diatas ditulis Abraham, Ishak dan Yakub sudah lama meninggal, tapi walaupun demikian Allah mengatakan DiriNya sebagai Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub dan sekaligus menyatakan sebagai Allah orang hidup. Jadi Allah menyatakan Abraham, Ishak dan Yakub yang telah mati itu sebagai masih hidup.

Hal serupa dinyatakan oleh Tuhan Yesus dalam Injil Yohanes sebagai berikut :

Yoh 11: 25  Jawab Yesus :”Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepadaKu, ia akan hidup walaupun ia sudah mati,

Yoh 11 : 26  dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepadaKu, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini ?”

Dimana orang-orang yang telah meninggal ini berada ? Mereka berkumpul di Bukit Sion di Yerusalem sorgawi,

Ibr 12 : 22-23  Tetapi kamu sudah datang ke Bukit Sion, ke kota Allah yang hidup, Yerusalem sorgawi dan kepada beribu-ribu malaikat, suatu kumpulan yang meriah, dan kepada jemaat (gereja) anak-anak sulung, yang namanya terdaftar di sorga, dan kepada Allah, yang menghakimi semua orang dan kepada roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna,

Ef 2 : 6  dan didalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga,

Bukan saja yang telah meninggal yang berkumpul di Bukit Sion tapi ternyata yang masih hiduppun sudah datang . Berarti Tubuh Mulia, yaitu Kristus yang sekarang di sorga itu juga Kepala bukan hanya dari mereka yang sudah di sorga, namun juga yang berada di bumi dalam Gereja yang satu, berarti sorga dan bumi itu telah dipersatukan dengan Kristus sebagai Kepala seperti dinyatakan dalam ayat dibawah ini,

Ef 1 : 10  sebagai persiapan kegenapan waktu untuk mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik yang di sorga maupun yang di bumi.

Karena itu anggauta Gereja di bumipun disebut sebagai orang-orang kudus,

Rom 1 : 7  Kepada kamu sekalian yang tinggal di Roma, yang dikasihi Allah, yang dipanggil dan dijadikan orang-orang kudus ......

Kis 9 : 32  Pada waktu itu Petrus berjalan keliling, mengadakan kunjungan ke mana-mana. Dalam perjalanan itu ia singgah juga kepada orang-orang kudus yang di Lida



2 SALING MEMBANTU MENDOAKAN DIANTARA UMAT

Saling membantu mendoakan diantara umat merupakan hal biasa, bahkan sangat dianjurkan oleh para Rasul. Marilah kita periksa beberapa ayat di bawah ini,

Yak 5 : 16  Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.

2 Tes 3 : 1  Selanjutnya, saudara-saudara, berdoalah untuk kami,.....

Ibr 13 : 18  Berdoalah terus untuk kami;......

Ef 6 : 18  …berdoalah setiap waktu dalam Roh dan berjaga-jagalah didalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang kudus.

Permohonan untuk saling mendoakan itu begitu banyak di dalam Alkitab, dan secara prinsip kita melihat bahwa orang kudus itu saling mendoakan. Orang kudus meminta doa ummat, dan tentunya ummat boleh meminta kepada orang kudus untuk didoakan. Dengan demikian tampaklah kesatuan Gereja itu, yaitu yang di dunia maupun yang di sorga dalam hidup doa ini.

Orang-orang kudus ini tidak berwujud fisik, tetapi berwujud roh-roh dan mereka disebut Gereja, berarti mereka ada secara nyata, sama nyatanya dengan kita hanya dalam dimensi alam yang lain.

Ibr 12 : 23  ….roh-roh orang orang benar yang telah menjadi sempurna.

Jadi jelas kalau mendoakan dan minta didoakan antara ummat gereja yang masih di dunia ini sangat dianjurkan, apalagi terhadap orang-orang benar yang telah menjadi sempurna,yaitu orang-orang kudus yang telah di alam lain.

Kita tahu dari semua orang kudus, Bunda Maria-lah yang paling kudus dan paling ditinggikan. Jadi minta bantuan doa dari Bunda yang terkudus ini memang sudah pada tempatnya dan sangat dianjurkan.


3 KEPENGANTARAAN BUNDA MARIA TIDAK SAMA DENGAN
KEPENGANTARAAN KRISTUS

Uraian diatas menerangkan kepengantaraan Bunda Maria, orang-orang kudus dan para malaikat adalah dalam membantu mendoakan dan berdoa syafaat untuk kita manusia. Jadi tidak ada sangkut paut dengan kepengantaraan penebusan dan keselamatan yang banyak disalah mengerti oleh banyak orang.

Berbeda dengan kepengantaraan Kristus yang benar-benar adalah kepengantaraan Penebusan dan Keselamatan. Dan untuk ini Tuhan Yesus adalah satu-satunya Pengantara
antara manusia dan Allah,

1 Tim 2 : 5  Karena Allah itu esa dan esa pula yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus

1 Tim 2 : 6  yang telah menyerahkan diriNya sebagai tebusan bagi semua manusia…..

Ibr 9 : 15  Karena itu Ia adalah Pengantara dari suatu perjanjian yang baru, supaya mereka yang terpanggil dapat menerima bagian kekal yang dijanjikan, sebab Ia telah mati untuk menebus pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan selama perjanjian yang pertama.

Mat 20:28  …sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang.

Untuk dapat menjadi Pengantara antara Allah dan manusia dan tebusan bagi semua orang, Yesus harus mempunyai sepenuhnya kodrat Ilahi dan sepenuhnya kodrat manusiawi agar dapat menghubungkan antara Allah dan manusia,


Kol 2 : 9  Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allah-an.


Ibr 2 : 17  Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa.

Fil 2 : 7  …melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan menusia.

Dari ayat-ayat diatas ternyata Yesuslah satu-satunya yang memiliki dua kodrat tersebut dan menjadi Pengantara antara Allah dan manusia, dan bukan pengantara doa seperti Bunda Maria.


VIII MARIA SELALU PERAWAN

Masalah keperawanan Maria merupakan topic yang controversial bukan saja datang dari pengikut Protestan tapi juga antara kaum Katholik sendiri. Bagi saudara saudara kita yang Protestan soal keperawanan Bunda Maria adalah tidak penting dan mereka tidak perduli dan merasa tidak mempunyai kepentingan apapun.

Sementara sebagian besar umat Katholik atau boleh dikatakan seluruhnya mempercayai Bunda Maria selalu atau tetap Perawan, baik sebelum mengandung, selama mengandung dan setelah melahirkan Sang Juru Selamat (Semper Virgine).

Banyak hal yang perlu dijelaskan untuk menjawab pertanyaan dan keberatan dari kelompok yang tidak percaya atau yang meragukan mengenai Ketetap-perawanan Bunda Maria sebagai berikut:

1 KATA “SAMPAI”

Injil Matius mencatat :

Mat 1 : 24-25 :  Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintakan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagi isterinya, tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus.

Kedua ayat di atas selalu dipakai untuk menentang pengajaran Gereja tentang Keperawanan Maria yang kekal. Menurut mereka kata “sampai” disini berarti setelah Maria melahirkan Yesus, maka Yusuf bersetubuh dengan Maria dan melahirkan saudara-saudara Yesus.

Dalam bahasa Yunani, kata “sampai” ini digunakan kata “eos” yang dalam terjemahan di atas mempunyai arti “sampai pada waktu yang tidak terbatas” atau lebih tepat diterjemahkan sebagai “Sampaipun”.

Kata “eos” ini dipakai juga didalam ayat-ayat yang berbeda, contoh yang paling jelas seperti terdapat pada ayat-ayat berikut ini,

Mat 28 : 19-20  Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai (eos) kepada akhir zaman.

Tentunya disini “sampai” atau “eos” diartikan “sampai kapanpun” atau untuk waktu yang tidak terbatas Yesus menyertai kita .

Mari kita lihat ayat yang lain,

Ibr 1 : 13  Dan kepada siapakah di antara malaikat itu pernah Ia berkata:”Duduklah disebelah kanan-Ku, sampai (eos) Kubuat musuh-musuh-Mu menjadi tumpuan kaki-Mu?”

Disini kata “sampai” (eos) tidak berarti setelah semua musuh-musuh Kristus diletakkan dibawah kaki Kristus, Kristus akan berhenti duduk di sebelah kanan Allah Bapa.

Satu contoh ayat lagi dari Kitab Perjanjian Lama,

Ul 34 : 6  Dan dikuburkanNya-lah dia (Musa) disuatu lembah di tanah Moab, ditentangan Bet-Peor, dan tidak ada orang yang tahu kuburnya sampai (eos) hari ini.

Ini tidak berarti orang tidak tahu kubur Musa hanya sampai hari ini saja dan besok akan tahu, tapi untuk selamanya orang tidak tahu dimana kubur Musa.

Demikian pula dalam Injil Matius diatas,

Mat 1 : 24-25  Ia mengambil Maria sebagai isterinya, tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai (eos) ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus.

Berarti setelah Maria melahirkan Yesus, Yusuf tetap tidak bersetubuh dengan Maria .Inilah yang menjadi dasar pengajaran Gereja mengenai keperawanan kekal Bunda Maria.


2 SAUDARA SAUDARA YESUS

Mrk 6 : 3  Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon ? Dan bukankah saudara-saudaraNya yang perempuan ada bersama kita ? Lalu mereka kecewa dan menolak Dia.

Alkitab menyebut Yakobus, Yoses (Yusuf), Yudas dan Simon adalah saudara-saudara Yesus tapi tidak pernah menyebut mereka anak-anak Maria sebab mereka memang bukan anak-anak Maria.

Dalam bahasa Yunani kata saudara adalah adelphos yang berarti satu rahim atau berasal dari rahim yang sama, atau berarti saudara kandung. Tetapi dengan berjalannya waktu kata adelphos atau saudara ini berkembang dan memiliki arti baru untuk bermacam-macam penggunaan, yaitu: 1 Saudara kandung, 2 Saudara sebangsa, 3 Saudara dalam hubungan kekerabatan atau famili, 4 Saudara dalam kasih.

Dalam Kitab Suci-pun kata adelphos atau saudara dipakai untuk ke-empat macam penggunaan tersebut,

1 Saudara kandung,

Contoh saudara kandung : Esau dan Yakub, Petrus dan Andreas, Yakobus dan Yohanes.


2 Saudara sebangsa,

Ul 17 : 15  Maka hanyalah raja yang dipilih Allah, Tuhanmu, yang harus kauangkat atasmu. Dari tengah-tengah saudara-saudaramu haruslah engkau mengangkat seorang raja atasmu; seorang asing yang bukan saudaramu tidaklah boleh kau angkat atasmu.

Rom 9 : 3,4  Bahkan aku mau terkutuk dan terpisah dari Kristus demi saudara-saudaraku, kaum sebangsaku secara jasmani. Sebab mereka adalah orang Israel.


3 Saudara sebagai hubungan kekerabatan atau famili,

Kej 13 : 8 (Terjemahan lama)  Maka berkatalah Abram kepada Lot :”Janganlah kiranya ada perkelahian antara aku dan engkau, dan antara para gembalaku dan para gembalamu, sebab kita ini bersaudara”


Kej 14 : 16 (Terjemahan lama)  Dibawanyalah kembali segala harta benda itu; juga Lot, saudaranya itu.
Kita tahu bahwa Lot adalah kemenakan Abraham, tetapi dalam ayat di atas Abraham menyebut Lot dengan sebutan “saudara”


4 Persaudaraan oleh kasih,

Yoh 20 : 17  Kata Yesus kepadanya :”Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudaraKu dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada BapaKu dan Bapamu, kepada AllahKu dan Allahmu”


Kalau Yakobus, Yoses (Yusuf), Yudas dan Simon bukan anak Bunda Maria, anak siapakah mereka ? Mari kita selidiki ayat-ayat Alkitab tentang kejadian disekitar kubur Yesus dibawah ini :

Mrk 16 : 1  Setelah lewat hari Sabat, Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus, serta Salome membeli rempah-rempah untuk pergi ke kubur dan meminyaki Yesus

Mat 27 : 61  Tetapi Maria Magdalena dan Maria yang lain tinggal disitu duduk didepan kubur itu.

Mat 28 : 1  Setelah hari Sabat lewat, menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama minggu itu, pergilah Maria Magdalena dan Maria yang lain, menengok kubur itu.

Mat 27: 5  Di antara mereka terdapat Maria Magdalena, dan Maria ibu Yakobus dan Yusuf, dan ibu anak-anak Zebedeus.

Parallel dengan ayat terakhir ini adalah :

Mrk 15 : 47  Maria Magdalena dan Maria ibu Yoses melihat dimana Yesus dibaringkan


Dari ke 5 ayat diatas nama Maria Magdalena selalu disebut dan yang selalu menyertai Maria Magdalena adalah “Maria yang lain” atau “Maria ibu Yakobus” atau “Maria ibu Yoses” atau “Maria ibu Yakobus dan Yusuf”

Yoses adalah nama Yunani dari Yusuf, jadi Yoses sama dengan Yusuf. Ternyata dari ayat-ayat diatas terbukti bahwa ibu dari Yakobus dan Yoses atau Yusuf yang disebut “saudara-saudara Yesus” juga bernama Maria dan disebut juga sebagai Maria yang lain, bukan Maria ibu Yesus.

Dari kejadian disekitar penyaliban Tuhan Yesus tercatat di Alkitab sebagai berikut,

Luk 23 : 49  Semua orang yang mengenal Yesus termasuk perempuan-perempuan yang mengikuti Dia dari Galilea, berdiri jauh-jauh dan melihat semuanya itu.

Luk 24 : 10  Perempuan-perempuan itu adalah Maria dari Magdala, dan Yohana dan Maria ibu Yakobus.

Yoh 19 : 25  Dan dekat salib Yesus berdirilah ibu-Nya, dan saudara ibu-Nya, Maria isteri Kleopas, dan Maria Magdalena.

Dari ayat-ayat tersebut diatas Maria ibu Yakobus dan Yoses (Yusuf) juga disebut sebagai Maria yang lain yang ternyata juga sebagai isteri Kleopas, selalu beserta Maria Magdalena dalam peristiwa penyaliban, kematian dan penguburan Yesus.

Kalau begitu Yakobus dan Yoses (Yusuf) adalah anak Maria isteri Kleopas, berarti kemenakan Maria ibu Yesus. Jadi yang disebut saudara-saudara Yesus ternyata adalah saudara sepupu Yesus atau saudara dalam hubungan kekerabatan (famili), bukan saudara kandung.

Itulah sebabnya gereja menyatakan Maria “Selalu Perawan” karena Maria tidak mempunyai anak lain selain Yesus.

Bukti lain lagi bahwa Maria tidak mempunyai anak lagi selain Yesus, dapat kita jumpai dalam,

Yoh 19 : 26-27  Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya disampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya:”Ibu, inilah anakmu !” Kemudian kata-Nya kepada murid-Nya : “Inilah ibumu!” Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.

Bagi orang Yahudi sangat tidak lazim bagi seorang ibu yang masih mempunyai anak kandung untuk tinggal dan hidup dengan orang lain yang bukan anaknya. Jadi permintaan Yesus agar ibu-Nya tinggal dan hidup bersama Yohanes membuktikan bahwa Maria tidak punya anak lain kecuali Yesus sendiri.


3 ANAK SULUNG

Argumentasi lain yang dipakai untuk membuktikan bahwa Bunda Maria mempunyai anak yang lain, yalah pernyataan didalam Alkitab yang menyebut Yesus sebagai anak sulung, artinya Yesus mempunyai adik-adik.

Luk 2 : 7  dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya dalam palungan,....

Luk 2 : 21-24  Dan ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya. Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yeruslem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan : Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah, dan untuk mempersembahkan kurban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati.

Jadi disimpulkan, setelah Yesus lahir, Maria berhubungan dengan Yusuf suaminya, dan melahirkan anak-anak lain selain Yesus, sehingga Bunda Maria tidak “Tetap Perawan”.

Tetapi dalam bahasa hukum Taurat : anak laki-laki sulung tidak diartikan, bahwa sesudah anak yang sulung itu pasti ada adiknya yang menyusul. Mari kita memeriksa ayat Alkitab di bawah ini,

Kel 13 : 12  Kuduskanlah bagi-Ku semua anak sulung, semua yang lahir dahulu dari pada kandungan orang Israel, baik pada manusia maupun pada hewan, Akulah yang empunya mereka.... maka haruslah engkau persembahkan bagi Tuhan segala yang lahir terdahulu dari kandungan, juga setiap kali ada hewan yang kaupunyai beranak pertama kali – anak jantan yang sulung adalah bagi Tuhan.

Jadi yang diartikan sebagai anak sulung ialah anak yang membuka kandungan ibunya untuk pertama kalinya, tanpa harus si ibu mempunyai anak berikutnya.





IX TIPOLOGI (PRALAMBANG) & NUBUAT TENTANG KEPERAWANAN
BUNDA MARIA DALAM KITAB SUCI


Tipologi adalah pencocokan atau pralambang tipe-tipe orang, keadaan, kejadian dan sebagainya di Kitab Perjanjian Lama dengan tipe-tipe orang, keadaan, kejadian dan sebagainya di Kitab Perjanjian Baru, contoh : pribadi-pribadi nabi dalam KPL sebagai tipologi Messias dalam KPB, terutama Musa.

Ada banyak tipologi tentang Bunda Maria dalam kaitannya dengan Inkarnasi Firman Allah dalam dirinya terutama tentang ke-Perawanan-nya yang kekal.


1 SORGA KEDUA

Dengan peristiwa inkarnasi Allah didalam Firman-Nya yang kekal telah bersemayam dalam rahim Maria, padahal Allah Maha tak terhingga dan tak terbatas seperti yang dikatakan oleh Alkitab dibawah ini,

1 Raj 8 : 27 “Sesungguhnya langit (sorga), bahkan langit (sorga) yang mengatasi segala langit (segala sorga)-pun tidak dapat memuat Engkau......”

Sorga sendiri tak dapat memuat Allah, namun dalam rahim Maria, Allah Sang Firman telah termuat dan terkandung, itulah sebabnya Maria dalam bahasa theologis disebut “Lebih Luas dari Sorga” (Platytera Toon Ouranoon) bahkan disebut “Sorga Kedua”


2 SEBUTAN BUNDA MARIA

Kota Sion adalah kota dimana Allah bersemayam, maka dengan bersemayam-Nya Firman Allah didalam rahimnya, maka Gereja juga menyebut Maria sebagai “Kota Allah” atau “Sion” bahkan disebut “Putri Sion”

Mzm 87 :3,5  Hal-hal yang mulia dikatakan tentang engkau, ya Kota Allah.....
Tetapi tentang Sion dikatakan :”Seorang demi seorang dilahirkan didalamnya, dan Dia, Yang Mahatinggi menegakkannya”

Bunda Maria juga disebut “Bait Allah” karena Firman Allah telah berdiam didalam rahimnya. Dengan demikian Bunda Maria merupakan cikal bakal Gereja. Itulah sebabnya Bunda Maria diberi gelar sebagai Bunda Gereja yang akan melahirkan Gereja yang sesungguhnya, yaitu Tubuh Kristus, umat Allah.

Ef 1 : 23  Jemaat (Gereja) yang adalah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu.

Kol 1 : 18  Ia-lah kepala tubuh, yaitu jemaat (gereja). Ia-lah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu.


Ef 5 : 30  karena kita adalah anggota tubuhNya


Selanjutnya marilah kita teliti ayat-ayat Alkitab dibawah ini,


2 Kor 11: 2  Sebab aku cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi. Karena aku telah mempertunangkan kamu sebagai perawan suci kepada Kristus

Gal 4 : 26,27  Tetapi Yerusalem sorgawi adalah perempuan yang merdeka, dan ialah ibu kita. Karena ada tertulis.......bersorak-sorailah, hai engkau yang tidak pernah menderita sakit bersalin

Jadi Maria mempunyai peranan sekaligus sebagai seorang ibu dan seorang perawan, yang dilambangkan sebagai Kota Allah atau Sion, yaitu Yerusalem Baru atau Yerusalem Sorgawi yang adalah lambang Gereja itu sendiri.

Peran Bunda Maria sebagai Bunda Gereja dipertegas oleh Tuhan Yesus sendiri ketika Ia disalib,

Yoh 19 : 26,27  Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: ”Ibu, inilah, anakmu!” Kemudian kata-Nya kepada murid-Nya: ”Inilah ibumu!” Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.

Dengan jelas Tuhan Yesus menyatakan kepada muridNya : “ Ibu inilah anakmu (rasul-rasul atau orang percaya) dan…….kepada muridNya (rasul-rasul atau orang percaya) ….” Inilah ibumu” (Bunda Maria).

Itulah sebabnya kita sebagai murid-murid Tuhan (orang percaya) secara eklesiologis mempunyai seorang ibu yaitu Bunda Maria, Bunda orang percaya.

Catatan: 1 2 Kor 11 : 2  Menggambarkan hubungan cinta kasih antara Kristus sebagai Pengantin Pria dan Gereja atau masing-masing orang Kristen, yaitu umat sebagai Perawan Suci.
Karena Bunda Maria merupakan Bait Allah atau cikal bakal Gereja, bahkan sebagai Gereja itu sendiri, maka Perawan Suci dalam ayat ini menggambarkan juga Bunda Maria sendiri.

2 Bandingkan Gal 4 : 27 diatas dengan Yes 66 : 7  Sebelum menggeliat sakit, ia sudah bersalin, sebelum mengalami sakit beranak, ia sudah melahirkan anak laki-laki.
Ini adalah nubuat dari Bunda Maria yang tidak mengalami kesakitan pada waktu melahirkan karena telah disucikan dari dosa pada saat ia mengandung Yesus (lihat Kej 3 : 16). Juga diimani bahwa Sang Bayi Yesus yang adalah Firman Allah Sang Pencipta dan Pemelihara tidak akan merusak rahim BundaNya, sehingga Bunda Maria tetap perawan setelah melahirkan.


Maria, Perawan Suci adalah Gereja, Pengantin Anak Domba sendiri dan sekaligus Bunda Gereja..

Sebagai Bunda Gereja, yaitu Ibu yang melalui pelayanan pemberitaan dan sakramennya manusia dilahirkan baru lewat sakramen Baptisan di dalam Kristus oleh Roh Kudus seperti dinyatakan oleh ayat ayat dibawah ini,

Rom 6 : 3-4  Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian,supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup baru.

Kis 2 : 42  Mereka bertekun dalam pengajaran (warta firman) rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti (Ekaristi) dan berdoa.


3 NUBUAT PINTU BAIT ALLAH YANG TETAP TERTUTUP

Firman Allah telah menjelma menjadi manusia di dalam rahim Bunda Maria dan menjadikan rahim Maria sebagai Bait-Nya. Dari Maria ini Ia mengambil jasad daging jasmaninya sehingga daging Maria yang diambil oleh Firman untuk berinkarnasi itu selamanya merupakan Bait-Nya.

Bait Allah dipandang sebagai lambang dari rahim Maria yang didalamnya itu bersemayam Sang Firman Allah selama sembilan bulan.

Nubuat nabi Yehezkiel tentang Pintu Gerbang Bait Allah yang “harus tetap tertutup” dipandang oleh gereja sebagai nubuat keperawanan yang kekal dari Bunda Maria,

Yeh 44 : 1-3  Kemudian Ia membawa aku kembali ke Pintu Gerbang luar dari Tempat Kudus, yang menghadap ke Timur, gerbang itu tertutup. Lalu TUHAN berfirman kepadaku : Pintu Gerbang ini harus tetap tertutup, jangan dibuka dan jangan seorangpun masuk dari situ, sebab TUHAN Allah Israel, sudah masuk melaluinya; karena itu gerbang itu harus selalu tertutup. Hanya Raja itu, oleh karena Ia Raja boleh duduk disana, makan santapan di hadapan TUHAN. Raja itu akan masuk melalui Balai Gerbang dan akan keluar dari situ.

Pintu Gerbang itu adalah lambang pintu kewanitaan Maria. Tuhan telah melewati Pintu Gerbang itu adalah lambang dari Firman Allah yang telah menjelma dan dilahirkan melalui pintu kewanitaan Maria.

Oleh karena itu sebagaimana Pintu Gerbang Bait Allah yang telah dilewati oleh Tuhan itu tak boleh dilewati oleh siapapun, maka demikianlah Pintu Gerbang dari Firman Allah dalam penjelmaan-Nya inipun tak boleh dilewati orang lain siapapun.

Artinya tak boleh ada orang lain selain Yesus Kristus yang dilahirkan oleh Maria lewat Pintu Gerbang itu, Pintu Gerbang itu harus tetap tertutup setelah dilewati Tuhan. Demikian pula Maria harus tetap perawan setelah melahirkan Yesus.



4 BANI ISRAEL MELEWATI LAUT TEBERAU


Nama Israel adalah nama yang diberikan oleh Allah kepada Yakub,

Kej 35 : 10  Firman Allah kepadanya:”Namamu Yakub; dari sekarang namamu bukan lagi Yakub, melainkan Israel, itulah yang akan menjadi namamu.” Maka Allah menamai dia Israel.

Nama Israel ini akhirnya dipakai sebagai nama resmi untuk menyebut nama bangsa pilihan Allah ini.
Alasan mengapa Israel dipakai sebagai tipologi Kristus adalah sebagai berikut :

1 -Israel atau Yakub mempunyai dua belas orang anak yang kelak akan menjadi Bapak dari kedua belas nama suku Israel sampai sekarang.
-Yesus mempunyai dua belas orang rasul atau murid.

2 Untuk menghindarkan bahaya yang mengancam diri Israel dan Yesus keduanya mengungsi ke Mesir.

3 Kedua-duanya dipanggil oleh Allah dari Mesir :


Hos 11 : 1  Ketika Israel masih muda, Kukasihi dia, dan dari Mesir Kupanggil anak-Ku itu.

Mat 2 : 15  ….dan tinggal di sana hingga Herodes mati. Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi:”Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku.”


Bani Israel keluar dari Mesir dibawah pimpinan Musa, waktu sampai di tepi Laut Teberau dengan pertolongan Allah Musa membelah laut itu hingga terjadi celah kering dimana bangsa Israel dapat lewat dengan selamat.

Setelah bangsa Israel lewat seluruhnya, laut itu kembali menyatu dan menutup celah tersebut dan menenggelamkan pasukan Firaun yang mengejarnya.

Ini oleh Gereja dianggap sebagai tipologi rahim Maria yang menutup kembali setelah bayi Yesus melaluinya waktu lahir.



5 SEMAK BELUKAR YANG TAK TERBAKAR

Dalam Kitab Keluaran dikisahkan ketika Musa lari dari Mesir ia ditampung oleh seorang bernama Yitro, yang akhirnya menjadikan Musa sebagai menantunya. Yitro juga mempekerjakan Musa sebagai gembala dari ternaknya, dimana Musa biasa membawa ternaknya ke gunung Horeb. Disana Allah menampakkan diri kepada Musa dalam bentuk semak belukar yang menyala tetapi tidak terbakar.

Kel 3 : 2  Lalu Malaikat Tuhan menampakkan Diri kepadanya di dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Lalu ia melihat dan tampaklah : semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api.



Gereja melihat Semak Duri yang menyala tapi tidak terbakar ini sebagai tipologi Maria. Api yang menyala itu sebagai ke-Ilahi-an Sang Firman, sedang semak belukar yang mudah terbakar sebagai rahim Bunda Maria yang mudah lapuk dan binasa.

Peristiwa ini menggambarkan rahim Perawan Maria yang tidak hancur atau rusak ketika mengandung Firman Allah dan melahirkanNya, dan menyatakan ketetap-perawanan Bunda Maria



X BUNDA MARIA DIANGKAT KE SORGA DENGAN TUBUH DAN . JIWANYA

1 KEBANGKITAN ORANG MATI

Setiap orang yang mati akan dibangkitkan dengan tubuh dan jiwanya pada kedatangan Kristus yang kedua kali seperti yang tertulis di Alkitab berikut ini,

Yoh 5 : 29  …dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum.

Rom 8 : 11  Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana oleh RohNya, yang diam di dalam kamu.

1 Kor 15 : 29  Jika tidak demikian, apakah faedahnya perbuatan orang-orang yang dibaptis bagi orang mati? Kalau orang mati sama sekali tidak dibangkitkan, mengapa mereka mau dibaptis bagi orang-orang yang telah meninggal.

2 MENYATU ATAU MANUNGGAL DENGAN TUBUH KEMULIAAN KRISTUS

Pada akhir zaman tubuh orang benar akan dibangkitkan dan akan menyatu atau manunggal dengan Tubuh Kemuliaan Kristus yang sekarang sudah berada di sorga. Hal ini diberitakan oleh Alkitab sebagai berikut,

Flp 3 : 20,21  …..kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ kita manantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini sehingga serupa dengan TUBUH-NYA yang mulia....

Kol 3 : 4  Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamupun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.

2 Pet 1 : 4  Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan sangat besar, supaya olehnya kamu kamu boleh mengambil bagian dalam KODRAT ILAHI,……

1 Yoh 3 : 2  Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diriNya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaanNya yang sebenarnya.


3 ANAK SULUNG DALAM HUBUNGAN DENGAN KESELAMATAN

Ada banyak sebutan Anak Sulung untuk Yesus didalam Alkitab tapi ini dalam konteks Keselamatan dimana Yesus adalah yang pertama atau yang sulung yang naik ke sorga dengan Tubuh Kemuliaan-Nya, yang kemudian akan diikuti oleh semua orang benar sebagai anak-anakNya pada waktu kedatanganNya yang kedua, seperti dinyatakan Alkitab dibawah ini,

Rom 8 :29  Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu manjadi yang sulung diantara banyak saudara.

1 Kor 15 : 20  Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal.

1 Kor 15 : 23  Tetapi tiap-tiap orang menurut urutannya : Kristus sebagai buah sulung; sesudah itu mereka yang menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya.

Kol 1 : 18  Ia-lah kepala tubuh, yaitu jemaat (gereja). Ia-lah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala sesuatu.


Tuhan Yesus adalah orang pertama atau yang sulung yang masuk ke sorga dengan Tubuh KemuliaanNya. Siapakah kiranya orang berikutnya tanpa menunggu sampai akhir zaman ? Gereja mengimani orang tersebut adalah Bunda Maria dengan fakta bahwa,

1 Pada waktu di dunia Bunda Maria telah bersatu sepenuhnya dengan Puteranya, yaitu pada saat inkarnasi.

2 Pada peristiwa inkarnasi Tuhan Yesus mengambil kemanusiaanNya sepenuhnya dari Bunda Maria

3 Kemanusiaan Bunda Maria yang dikenakan Tuhan Yesus itulah yang dibawa ke sorga setelah kebangkitanNya dari kematian berupa Tubuh KemuliaanNya.


Dengan melihat fakta di atas tidak mungkin Tuhan Yesus meninggalkan asal muasal tubuh jasmaniNya didunia tanpa mengangkatnya ke sorga pada saat Bunda Maria wafat. Itulah sebabnya gereja mengimani setelah wafat Bunda Maria diangkat ke sorga dengan tubuh dan jiwanya.


XI RATU SORGA

Dalam beberapa naskah liturgis dan kidung-kidung Gereja Maria disebut sebagai Ratu Sorga. Ini bukan berarti Maria adalah Penguasa Sorga, sebagai Dewi berhala atau isteri Dewa Penguasa Langit, namun dalam kaitannya dengan keselamatan.

Alkitab mengajarkan sebagai berikut,

Rom 8 : 17  Dan jika kita adalah anak , maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia

Ibr 1 : 2  maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta.


Kita adalah ahli waris yang akan menerimanya bersama-sama Kristus, maka di dalam Kristus kita-pun mendapatkan segala yang ada yang dimiliki oleh Kristus.

Kalau Kristus adalah Raja segala raja,

Why 19 :16  Dan pada jubah-Nya dan paha-Nya tertulis suatu nama, yaitu:”Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan”

Maka kita adalah,


Why 1 : 6  dan yang telah membuat kita menjadi suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah, Bapa-Nya....

Why 5 : 10  Dan Engkau telah membuat mereka menjadi suatu kerajaan, dan menjadi imam-imam bagi Allah kita, dan mereka akan memerintah sebagai raja dibumi.

Kita menjadi suatu kerajaan artinya kita-pun ikut menjadi raja di dalam kemuliaan Kristus itu. Dan ini terjadi ketika kita telah mengalami panunggalan di dalam kemuliaan Kristus, yang termasuk Bunda Maria di dalamnya,

Ibr 12 : 22-23  Tetapi kamu sudah datang ke Bukit Sion, ke kota Allah yang hidup, Yerusalem sorgawi dan kepada beribu-ribu malaikat, suatu kumpulan yang meriah, 23  dan kepada jemaat anak-anak sulung, yang namanya terdaftar di sorga, dan kepada Allah, yang menghakimi semua orang, dan kepada roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna.

Bagi mereka yang percaya bahwa Bunda Maria telah diangkat ke sorga dalam kemuliaan sudah terjadi sekarang dan tak perlu menunggu hari kebangkitan nanti.

Dengan demikian kita dan “roh-roh orang benar yang telah menjadi sempurna” secara realita, ikut ambil bagian dalam kerajaan Kristus, dan kita adalah raja-raja itu, apalagi para orang kudus itu.

Jika para orang kudus semuanya adalah “raja-raja” dalam kemuliaan Kristus, bukankah Maria juga “raja” ? Hanya karena dia adalah seorang wanita sebutannya bukan raja, tapi “ratu”

Para roh orang-orang benar itu berada di Yerusalem Sorgawi (Ibr 12 : 22), jadi mereka bisa disebut “raja-raja Sorgawi” dan Maria adalah “Ratu Sorga”

SOTERIOLOGI DALAM IMAN KRISTEN

(Disusun oleh Joseph Handoko)



PENDAHULUAN

Ajaran tentang keselamatan menempati tempat yang paling penting dalam tiap agama. Agama Yahudi mengajarkan orang harus taat pada perintah perintah Taurat agar dapat ambil bagian dalam dunia yang akan datang dalam pemerintahan Mesias.
Agama Islam mengajarkan semua amal ibadah dilakukan berlandaskan Al-Qur’an dan Hadits, agar manusia dapat luput dari neraka dan masuk surga. Agama Hindu mengajarkan orang harus menjalani Dharma sesuai dengan ajaran Weddha agar pada akhirnya mencapai Moksha, lepas dari lingkaran kelahiran dan kematian, menyatu dalam diri Brahman (Sang Hyang Widdhi Wasa).
Agama Buddha mengajarkan dengan mengikuti ajaran Sang Buddha yang mengharapkan lepas dari lingkaran Samsara dan mencapai Nirwana.

Demikian pula iman Kristen mengajarkan bahwa kedatangan Yesus Kristus ke dunia ini adalah “agar barang siapa yang percaya akan Dia tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh 3:16). Bagi orang Kristen, Roma Katholik, aliran aliran Protestan dan Orthodox, keselamatan itu bukanlah sekedar “sesuatu” yang diberikan oleh Yesus Kristus, tetapi Yesus Kristus itu sendirilah “wujud” keselamatan itu. Dan di luar “Yesus Kristus” itu tak ada keselamatan (Kis 4:12).

Kis 4:12  Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di
bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang
olehnya kita dapat diselamatkan.

Berbicaraa tentang Keselamatan yalah berbicara tentang Kristus, dan berbicara tentang Kristus yalah berbicara tentang Keselamatan. Kristologi adalah Soteriologi, dan Soteriologi adalah Kristologi. Kata Yesus kepadanya :”Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yoh 14:6).



MAKNA KESELAMATAN DALAM PEMAHAMAN IMAN KRISTEN

Dari data Alkitab

Dalam (Mat 1:21), Keselamatan dimengerti sebagai “bebas dari dosa” atau sebagai “Immanuel, Allah beserta kita” (Mat 1:23). Rasul Paulus mengajarkan “Yesus Kristus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang orang berdosa” (1 Tim 1:15). Juga dijelaskan bahwa “Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang” (Luk 19:10), “untuk menyembuhkan orang sakit” (Luk 5:31) dan “untuk memanggil bukannya orang benar tetapi orang berdosa supaya bertobat” (Luk 5:32).
Yesus Kristus tidak datang untuk menghukum dunia, “namun agar supaya dunia boleh diselamatkan melalui Dia” (Yoh 3:17).

Demikian juga yang dikatakan dalam (Kol 1:13~14), bahwa melalui Kristus, Allah telah “melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih”, sehingga dengan kedatangan Kristus itu kita telah “pindah dari maut ke dalam hidup” (1 Yoh 3:14), serta “jika kita mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan, dan bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kita akan diselamatkan” (Rom 10:9~10). Juga dikatakan bahwa “jika Kristus tidak dibangkitkan….maka sia sia pula iman kamu” (1 Kor 15:14).

Dari data data Alkitab yang demikian itulah maka Pengakuan Iman Gereja Awal yang dirumuskan di Nikea dalam Konsili I pada tahun 325 M, dan di Konstantinopel dalam Konsili II pada tahun 381 M mendeklarasikan Syahadat (Panjang) bahwa Kristus,

“……yang untuk kita manusia
dan bagi keselamatan kita telah turun dari surga
dan menjelma oleh Roh Kudus
dan dari Perawan Maria
serta menjadi manusia”

Hal ini menunjuk pada fakta “Inkarnasi”, yaitu menjelmanya Sang Firman menjadi Manusia, yang untuk keselamatan kita,

“……telah disalibkan bagi keselamatan kita
di bawah pemerintahan Pontius Pilatus,
Dia menderita sengsara dan dikuburkan.
Dan telah bangkit lagi pada hari ketiga
sesuai dengan Kitab Suci.
Dan telah naik ke surga,
serta duduk di sebelah kanan Sang Bapa.

Dari semua yang telah kita bahas di atas dapat kita simpulkan bahwa keselamatan dalam Kristus itu diberikan kepada manusia melalui penjelmaan (inkarnasi) Sang Firman menjadi manusia, seluruh kehidupan dan karyaNya. Teristimewa penderitaan, penyaliban, kematian, dan kebangkitanNya dari antara orang mati.

Keselamatan di dalam Kristus adalah kebebasan dari dosa, kematian, dan dari kuasa kegelapan (iblis) serta penyembuh-pulihan dari kodrat kemanusiaan kita kepada kemuliaan Allah, serta kehidupan kekal, yang adalah hidup milik Allah sendiri.

Jadi puncak keselamatan di dalam Kristus adalah pemulihan hidup Ilahi ke dalam manusia serta penyatuan kembali manusia berdosa dalam pengampunan dosa dosanya kepada kemuliaan Allah sendiri.


UNSUR UNSUR AJARAN KESELAMATAN MENURUT IMAN KRISTEN


Dalam membahas makna keselamatan yang kita bicarakan di atas, maka ajaran tentang Keselamatan yang terdapat dalam Alkitab sebagaimana yang dipercayai oleh Gereja yang Katholik dan Apostolik sejak awal memiliki unsur unsur berikut ini :


1 Manusia sebagai Obyek Karya Keselamatan : Kodrat manusia, Kejatuhan manusia dan
Akibat-akibatnya.

2 Karya Keselamatan di dalam Kristus : Pribadi Kristus dan Karya Kristus.

3 Keselamatan sebagai Pengalaman Subyektif Pribadi dan Karya Roh Kudus.

4 Gereja sebagai Bahtera Keselamatan dan Persekutuan Orang Kudus.

5 Penggenapan Keselamatan di Akhir Zaman.



U N S U R 1

1 Manusia sebagai Obyek Karya Keselamatan : Kodrat Manusia, Kejatuhan manusia dan . Akibat-akibatnya.


a. Kodrat Manusia

Berfirmanlah Allah : Baiklah Kita menjadikan manusia menurut Gambar dan Rupa
Kita….Maka Allah menciptakan manusia itu menurut GambarNya, menurut Gambar
Allah diciptakanNya dia…..(Kej 1:26~27)

Ayat ini sangat penting dalam kita memahami penghayatan Iman Kristen dalam mengerti kodrat kodrat manusia, karena pernyataan Alkitab mengenai Keputusan Allah untuk menciptakan manusia “MENURUT Gambar dan Rupa” itu, akan menjadi landasan mengenai tujuan diciptakannya manusia dan dengan demikian akan berkaitan dengan makna keselamatan manusia.

Alkitab tidak menyatakan bahwa manusia itulah “gambar dan rupa” Allah. Tetapi Alkitab menyatakan bahwa manusia diciptakan “MENURUT”(sesuai dengan, mengikuti pola) “Gambar dan Rupa” Allah.

Padahal menurut (Kol 1:15) yang disebut sebagai “Gambar Allah”, tak lain adalah “Anak Allah”, yaitu Firman Allah sendiri (Yoh 1:14).

Catatan 1

Ayat ayat lain yang menyebut Yesus sebagai Gambar Allah yaitu :

Kol 1:15  Ia adalah Gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari
segala yang diciptakan.


2 Kor 4:4  Yaitu orang orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah
zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus
yang adalah gambaran Allah.

Ibr 1:3  Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan Gambar Wujud Allah


Itulah beberapa ayat yang menunjukkan gelar Yesus sebagai Gambar Allah. Mengapa Yesus disebut sebagai Gambar Allah ? Karena melalui Yesus, Allah dapat dilihat.
Sebagai Firman Allah yang menjelma, Yesus membuat Allah itu dapat dimengerti oleh manusia. Yesus membuat Allah itu nyata kepada dunia, karena Allah yang dalam keadaanNya yang tidak kelihatan itu, tidak akan dimengerti oleh manusia. Karena seorangpun tak pernah melihat Allah, namun Anak Allah, yaitu Firman Allah itulah yang menerangkan tentang keberadaan Allah yang tidak kelihatan itu.
Melalui Anak Allah/Firman Allah itu, kita dapat melihat Allah seolah-olah melihat GambarNya (Gambar KemulianNya, Gambar Sifat sifatNya), didalam diri Yesus Kristus.

Yoh 1:18  Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan , Bapa, Dialah yang menyatakanNya.

Yesuslah yang menyatakan tentang bagaimana Allah itu. Oleh karena itu, Dia adalah Gambar Allah, karena Firman itu menggambarkan keberadaan atau sifat sifat dari yang punya Firman.

Yesus menyatakan dalam,

Yoh 14:9  “Barang siapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa”

Karena Dia adalah Gambar Allah; dengan melihat Yesus kita melihat Allah sendiri, karena Allah dinyatakan di dalam Diri Yesus Kristus sebagai GambarNya.



Demikian juga menurut (Flp 2:5~6) yang disebut “Rupa Allah” juga menunjuk kepada “Anak Allah” atau “Firman Allah” yang sama tadi, yang setelah menjelma menjadi manusia disebut dengan nama Yesus Kristus.

Catatan 2

Dalam (Flp 2:5~6) disebutkan : “……Yang walaupun dalam Rupa Allah….”. Apa beda pengertian Gambar dan Rupa di sini ?
Gambar adalah sesuatu yang menggambarkan tentang yang terlukis di tempat lain, umpamanya di atas kertas atau di dalam buku atau di dalam photo, terpisah dari rupa. Sementara Rupa adalah bentuk yang lengket pada wajah orang itu.
Gambar merupakan refleksi dari pada orang yang digambar. Sementara Rupa adalah keberadaan yang ada, yang melekat pada orang itu.
Kalau Yesus disebut sebagai Gambar Allah, itu menunjukkan pada kenyataan bahwa Dia adalah refleksi dari Kemuliaan Allah yang melaluiNya Allah dapat dimengerti.
Kalau Yesus disebut Rupa Allah adalah menunjuk kepada KESETARAAN dengan Allah. Kesetaraan dengan Allah berarti mempunyai kodrat yang sama dengan Allah itu sendiri. Hal ini menunjukkan kodrat Yesus sebagai Firman Allah yang tinggal di dalam kodrat Keilahian yang hanya SATU. Jadi kodrat-Nya Allah, itu juga kodrat-Nya Yesus, yaitu kodrat-Nya Sang Firman karena Firman itu tinggal di dalam diri Allah yang Satu. Jadi gelar Rupa Allah ini menunjukkan essensi Sang Firman yang satu dengan Allah. Maka kalau Yesus disebut sebagai Rupa Allah, menunjukkan siapa Sang Firman, yang pada mulanya berada di dalam kodrat Allah yang Satu, yang tanpa meninggalkan tempat-Nya dalam kodrat Allah (Yoh 1:18). Tanpa meninggalkan “Pangkuan Bapa”, Ia datang ke dunia menjadi manusia. Jadi Rupa Allah menunjukkan bahwa Yesus adalah setara atau sekodrat dengan Allah karena Dia adalah Firman Allah.


Maka dengan manusia diciptakan “MENURUT” Gambar dan Rupa Allah, berarti manusia diciptakan “menurut Firman Allah”, yaitu “Anak Allah” yang kekal itu sendiri sebagai “pola aslinya”. Karena itu Yustinus Martir, seorang penulis Kristen Awal pernah mengatakan bahwa :
Pada dasarnya jiwa manusia itu adalah “kristen” (dengan huruf “k” kecil) kodratnya, karena diciptakan dengan “Anak Allah, Firman Allah : Kristus, sebagai pola aslinya. Dosa dan kuasa kegelapan dan pengaruh pengaruh jahat di sekitarnyalah yang membuat manusia itu menjadi Yahudi, Kafir, Majusi atau yang lainnya, sehingga tak percaya pada Kristus, yaitu tak mau kembali kepada “fitrah” atau “pola aslinya” tadi.


Karena manusia diciptakan dengan “Firman Allah” sebagai polanya maka tujuan panggilan manusia diciptakan itu adalah untuk merealisasikan potensi kodratnya tadi sehingga betul betul kodrat itu “menyatu” dan “manunggal” dalam KEMULIAAN Allah melalui “Sabda atau Firman” tadi.

Artinya manusia diberi kemampuan oleh Rahmat (Kasih Karunia) Allah pada saat penciptaannya itu untuk memiliki kemampuan moral yang merupakan “gambar” sifat sifat Allah pada dirinya agar dengan itu melalui ketaatan moralnya pada kehendak Ilahi mencapai penyatuan (panunggalan) dengan “Firman Allah” sehingga manusia boleh “ambil bagian dalam kodrat Ilahi” (2 Pet 1:4), yaitu menjadi mulia seperti kemuliaan Ilahi itu sendiri oleh kuasa rahmat (kasih karunia) yang bekerja dalam dirinya.

Panggilan untuk menjadi “seperti Allah” dalam kekekalan hidup dan kemuliaan itulah tujuan manusia diciptakan. Pada waktu kita diciptakan Allah “memilih kita” manusia,

Ef 1:4  Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita
kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.

Artinya bukan malaikat atau binatang yang dipilih, serta “menentukan kita”,

Ef 1:5  Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi
anak-anakNya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya

yaitu ketentuan sebagai kodrat yang tak bisa diubah yang mencirikan panggilan manusia untuk menjadi “kudus dan tak bercacat” serta untuk “menjadi anak anak Allah” .Hanya Allah saja yang kudus dan tak bercacat, bearti manusia diciptakan untuk ikut ambil bagian dalam sifat sifat Allah, yaitu keadaan “kudus” dan “tak bercacat” ini.

Demikian pula jika anak seekor binatang mempunyai sifat sifat binatang, dan anak seorang manusia mempunyai sifat dan kodrat manusia, maka dengan ditentukan untuk menjadi anak anak Allah itu bearti manusia secara kodrat asli tujuan penciptaan semula itu adalah ditentukan untuk ambil bagian dalam “sifat dan kodrat Allah” sendiri, karena menjadi anak anak Allah.

Catatan 3

Menurut para Bapa Gereja Awal, misalnya, Ignatius dari Antiokia, Ireneus dari Lyons, Athanasius dari Alexandria, Gregorius dari Nazianzus, Gregorius dari Nyssa, Yohanes Krisostomos, Basilius Agung, Yohanes dari Damaskus, dll, manusia diciptakan menurut Gambar Allah dengan panggilan khusus untuk menjadi seperti Allah. Bapa Gereja menjelaskan dengan rinci ajaran dari Kitab Kejadian ini. Keberadaan manusia “menurut Gambar Allah” ini bearti bahwa manusia memiliki jiwa rohani yang memantulkan Allah (Bapa) sebagai seorang pribadi. Manusia mampu untuk mengenal Allah, dan dalam persekutuan (panunggalan) dengan-Nya.
Manusia itu milik Allah, karena dalam keadaan sebagai anak Allah dan menurut Gambar Allah itu, maka manusia mempunyai kaitan – hubungan yang tak dapat lepas dari Allah.

Para Bapa Gereja itu juga membuat perbedaan antara “Gambar Allah” dalam manusia, dan “Rupa Allah” dalam manusia tadi. “Gambar” adalah kemampuan (potensi) yang dikaruniakan (rahmat) pada manusia, yang melaluinya manusia dapat mencapai kehidupan “Theosis” (panunggalan dengan Allah) . Sedangkan “Rupa” adalah realisasi (aktualisasi) dari “potensi” ini : yakni makin seperti “Gambar Allah” dan makin seperti “Rupa Allah”. Dengan kata lain perbedaan antara “Gambar” dan “Rupa” itu adalah perbedaan antara “apa adanya” dan “apa yang akan jadi”

Juga bearti bagi manusia bahwa ketidak-fanaan Allah itu terpantul pada manusia, sejauh tetap bersekutu (manunggal) dengan Allah melalui Gambar Allah yang ada pada dirinya.

Karena manusia gagal untuk mencapai panunggalan (Theosis) ini. “Adam yang baru”, yaitu Kristus (sebagai pola asli manusia yang menurutnya kodrat manusia diciptakan), mengambil bagi diri-Nya sendiri tanggung jawab untuk menggenapi panggilan asli dari manusia pertama (Adam) itu.



b Kejatuhan Manusia dan Akibat - akibatnya


Panggilan untuk mencapai “Theosis” itu harus dilalui manusia melalui ujian Iman kepada Allah yang dinyatakan dalam ketaatan terhadap perintah-perintah-Nya,sehingga kelihatanlah potensi moral manusia yang bersumber dari rahmat (kasih karunia) itu dapat berkembang dan bergerak menuju tujuan akhirnya. Dan ujian itu dinyatakan dalam larangan Allah agar manusia tidak memakan “buah pohon pengetahuan yang baik dan jahat” (Kej 2:17). Ujian ini menentukan nasib manusia. Karena jika gagal manusia akan runtuh dalam maut dan kebinasaan, mengalami disintegrasi dari tujuan akhir penciptaannya.
Namun jika berhasil, hidup kekal (Theosis) itulah yang akan didapatkannya.

Allah mengetahui dilema dan resiko yang dihadapi oleh kehendak bebas manusia sebagai wujud diciptakan menurut Gambar dan Rupa-Nya itu. Oleh karena itu Allah memperingatkan manusia sebelumnya, mengenai akibat pelanggaran jika dilakukan, dan akibat ketaatan jika dijalankan.

Kej 2:17  …pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu jangan kau makan buah
nya, sebab PADA HARI engkau memakannya pastilah engkau mati.

“PADA HARI” manusia melanggar perintah Allah dengan memakan buah terlarang itu sajalah “mati” itu diancamkan pada manusia. Sehingga jika manusia tidak pernah makan buah pohon itu, bearti manusia tidak akan pernah mati. Jadi manusia pertama itu masih dalam keadaan “potensial”, yaitu potensial untuk hidup kekal atau potensial untuk binasa. Dia harus memilih persimpangan jalan yang dihadapi oleh kodratnya itu. Manusia masih dapat bertumbuh ke dalam “Theosis” atau jatuh ke dalam “lapuk,binasa dan kematian”

Kodrat manusia itu memang diciptakan baik, namun belum sempurna. Allah telah memperingatkan akibat-akibat pelanggaran atau ketaatan manusia. Kejatuhan manusia itu bukan direncanakan Allah, namun sudah diketahui Allah sebelumnya sebagai resiko diciptakan menurut Gambar Allah yang memiliki kehendak bebas. Jadi kejatuhan manusia terjadi justru karena pelanggaran dan ketidak-taatannya sendiri dalam menuruti peraturan dan perintah Allah.

Dari data data di atas, jelas bahwa tujuan “Theosis” atau panunggalan dengan Kemuliaan Allah, yaitu hasil akhir keselamatan, bukan baru diadakan karena adanya dosa, namun dari semula itulah tujuan manusia diciptakan. Tetapi karena pelanggarannya, kodrat manusia berjalan menukik ke bawah ke dalam kematian. Itulah sebabnya manusia sekarang dalam keberadaan “hamartia” (meleset dari sasaran), baik sasaran kodrat keterciptaannya maupun sasaran moral.

“Kemelesetan-sasaran” kodrat itu berwujud kematian fisik yang bersumber dari kematian roh (Ef 2:1  Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran- pelanggaran dan dosa-dosamu). Karena “tubuh tanpa roh itu mati”(Yak 2:26), bearti roh itu sumber kehidupan tubuh. Padahal tubuh sebelumnya akan hidup kekal jika manusia tidak jatuh, yang bearti roh itu seharusnya mempunyai kuasa hidup yang dapat menghidupkan terus menerus. Namun fakta bahwa tubuh sekarang dapat mati, bearti roh tidak sanggup lagi memberikan hidup. Bearti roh itu sendiri sedang sekarat, yaitu tak mempunyai daya hidup, meskipun roh itu sendiri tak dapat punah atau binasa seperti tubuh (Mat 10:28).

Karena daya hidup roh yang memberikan kekekalan itu sumbernya dari hidup Ilahi, maka sesudah jatuh itu bearti roh manusia terputus dari hidup Ilahi itu sendiri. Manusia sekarang menjadi lapuk dan fana, serta takluk pada kebinasaan dan maut, serta membusuk jadi tanah.
Derita, duka, dan kematian itulah yang menjadi nasib manusia sejak saat itu. Karena “upah dosa (hamartia) itu adalah maut” (Rom 6:23). Keadaan ini kita warisi dari nenek moyang kita, yang oleh Gereja Timur dikenal sebagai “hamartia (kemelesetan) nenek moyang” atau dalam Gereja Barat disebut sebagai “Dosa Asal/Dosa Waris”

Doktrin Dosa Asal atau Dosa Waris itu tak bearti kita menanggung “kesalahan Adam”. Kesalahan Adam itu ditanggung Adam sendiri, karena “anak tak akan turut menanggung dosa ayahnya” (Yeh 18:20), namun akibatnya, yaitu kelapukan, kefanaan, kebinasaan, kehilangan hidup kekal, yaitu terpisah dari Allah, derita, duka, kesakitan, dan akhirnya kematian itulah yang diwariskan kepada manusia tak peduli apa agamanya atau bangsanya.

Sedang “kemelesetan sasaran” moral itu berwujud pada kecenderungan manusia untuk lebih mudah berbuat yang jahat dan tidak kudus, serta sukarnya melakukan yang baik. Sehingga manusia berada di bawah permainan kehendak Iblis. Demikian akibat kejatuhan manusia ini, segenap manusia sekarang berada di bawah kuasa “Iblis, Dosa dan Maut”.
Inilah yang harus dilepaskan dulu sebelum manusia kembali kepada tujuan panggilan semula untuk mencapai “Theosis”.

2 Karya Keselamatan Kristus : Pribadi Kristus, Karya Kristus


a. Pribadi Kristus


Sebagaimana yang telah kita bahas di atas, pribadi Yesus Kristus sebagai “Firman Allah” yang menjelma menjadi manusia adalah pusat dari Iman Kristen, dan menjadi landasan keselamatan manusia. Karena Dia adalah “Pola Asli” kodrat manusia itu sendiri. Dan karena “Pola Asli” kodrat manusia adalah “Firman Allah” yang melalui Firman yang sama ini segala sesuatu diciptakan Allah seperti terlihat dalam data-data Alkitab dibawah ini,

Semua dicipta melalui Firman (Kej 1 : 3,6.9,11,14,20,24,26)

Sebab Dia berfirman, maka semuanya jadi. Dia memberi perintah maka semuanya ada (Mzm 33 : 9)

Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. 2 Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. 3 Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada sesuatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. (Yoh 1 : 1~3)

….ada satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang olehNya segala sesuatu telah dijadikan dan yang oleh Dia kita hidup (1 Kor 8 : 6)

….Ia berbicara kepada kita dengan perantaraan AnakNya yang Ia telah tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta. 3 Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah ......(Ibr 1 : 2~3)

Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan,….. 16 karena didalam Dialah telah diciptakan segala suatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa, segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia (Kol 1 : 15~16)

Maka untuk mengembalikan manusia kepada hidup kekal itu maka Firman Allah : “Pola Asli” kodrat manusia itu telah “menjadi daging (Yoh 1:14). Artinya Ia telah mengambil “rupa manusia” (Flp 2:7, Yoh 1:14), “menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka” (Ibr 2:14). Serta “…dalam segala hal Ia harus disamakan…” dengan manusia (Ibr 2:17), termasuk tubuh, jiwa, roh, pikiran, hati, emosi dan segala sesuatunya kecuali dosa, tanpa mengalami perubahan dari kodrat asli-Nya Yang Ilahi yang satu dalam Ke-Ilahi-an dengan Sang Bapa itu.

Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-“Allah”an (Kol 2 : 9)

Demikianlah “Firman Allah” yang menjadi daging itu dalam kodrat asli Ilahi-Nya berada satu kodrat dengan Allah serta tak terpisah dari-Nya sebagai Logos (Firman Allah), sehingga Ia tetaplah “Allah Sejati”, namun sebagai yang telah “mengambil rupa manusia, sama, dan mendapat bagian dalam segala hal dengan keadaan manusia” . Ia berada dalam satu kodrat dengan manusia, sehingga Ia benar-benar “Manusia Sejati”. Maka jadilah Ia (Yesus Kristus) satu-satunya “Pengantara” antara “Kodrat Ilahi” (Allah = Bapa), dan “Kodrat Manusiawi” (Manusia),


Karena Allah itu Esa dan Esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus (1 Tim 2:5).



Di dalam “Firman Menjelma” , yaitu Yesus Kristus ini, telah terjadi panunggalan antara Allah dan manusia, Sorga dan bumi, Rohani dan jasmani, Ilahi dan manusiawi, yang Tak Tercipta dan yang tercipta, Baka dan fana, Tuhan dan hamba, “Gusti lan kawulo”.


Disini terlihat jelas ada kaitan Pribadi Kristus yang satu namun memiliki “Dua Kodrat”, yaitu Allah Sejati dan manusia sejati, dengan Keselamatan manusia. Dan dalam keadaan “Satu Pribadi” dalam “Dua Kodrat” atau “Dua Kodrat” dalam “Satu Pribadi” ini Ia menjalankan karya Keselamatan itu. Dan karya Keselamatan itu dijalankan sebagaimana yang akan kita bahas di bawah ini.


b Karya Kristus

Karena “tubuh jasmani” di mana maut, kelapukan dan kefanaan itu tinggal telah diambil dan dikenakan oleh “Firman Allah” (Logos) sebagai sumber dan asal-usul ciptaan, kehidupan, dan kekekalan (karena Yang Ilahi itu adalah Hidup dan Kekal), maka terhisaplah kefanaan, kelapukan, dan kematian yang tinggal dalam Tubuh Kemanusiaan yang telah dikenakan Sang Firman dalam Penjelmaan-Nya itu, ke dalam kehidupan dan kekekalan Ilahi, milik Allah itu sendiri, yang dibuktikan oleh Kebangkitan dari Tubuh kemanusiaan-Nya yang sama tadi dari antara orang mati. Salib adalah pintu gerbang bagi Sang Firman Menjelma untuk masuk ke dalam kerajaan maut, agar Kerajaan Maut itu dikalahkan.

Sang Firman Menjelma : Yesus Kristus ini disalibkan karena ketaatan-Nya kepada kehendak Bapa, sebagaimana yang dikatakan Alkitab:

Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib (Flp 2:8)

Dan kehendak Bapa yang kepada-Nya Kristus taat sampai mati di kayu salib itu adalah kehendak-Nya untuk melepaskan manusia dari kuasa iblis, dosa, dan maut agar manusia memperoleh hidup kekal (mencapai Theosis) yang telah kita bicarakan.

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang Tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa (yaitu, tidak berada di bawah kuasa : Iblis, Dosa dan Maut), melainkan beroleh hidup yang kekal (yaitu, manunggal dengan kehidupan dan kemuliaan Allah sendiri, atau dengan kata lain “mencapai Theosis) – ( Yoh 3:16)

Karena Kasih Allah mengaruniakan Anak-Nya dengan turun ke dalam dunia, dan karena taat kepada kasih tadi, Anak Allah sampai mati di kayu salib.

Berdasarkan data Alkitab ini maka kematian Kristus tidak dimengerti dalam bahasa hukum sebagaimana banyak orang Kristen salah memahaminya.

Dalam bahasa hukum ini manusia yang telah bersalah dan berdosa harus dihukum, tidak bisa bebas begitu saja. Tetapi karena “upah dosa adalah maut” (Rom 6:23), maka tidak ada seorang manusiapun yang mampu menghindar dari maut, sebab tak seorang manusiapun yang mampu membersihkan dirinya sendiri dari dosa dengan kemampuan sendiri. Demi melaksanakan keadilan dari Allah Yang Mahaadil ini, maka manusia berdosa yang seharusnya dihukum itu, digantikan oleh Yesus Kristus.

Berdasarkan data-data Alkitab, Allah selalu dimengerti sebagai “Philanthropos” (Pengasih Manusia) dan kematian Kristus di atas salib adalah manifestasi dari “Philanthropia” (kasih Allah kepada manusia) melalui ketaatan/kepasrahan Kristus yang mutlak terhadap kehendak kasih Allah tadi.

Sebab Allah mengutus AnakNya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia (Yoh 3:17)

Bearti di atas salib ini oleh ketaatan-Nya yang mutlak Kristus telah mengimpas ketidak-taatan Adam dalam kemanusiaan yang dikenakan. Dengan demikian kemanusiaan yang dikenakan Kristus itu sekarang sudah “dibenarkan” dihadapan Allah, karena tak ada lagi noda ketidak-taatan Adam sebagai inti-kodrat dari dosanya, dalam kemanusiaan yang dikenakan Kristus itu. Dengan demikian kemanusiaan itu telah mengalami “pembenaran” (Rom 4:25  yaitu Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita).
Demikianlah dosa dikalahkan di atas Salib. Dan sesudah masuk ke dalam alam maut melalui pintu Gerbang Salib itu, Kerajaan maut diporak-porandakan karena maut tak dapat menahan Tubuh Kristus yang mati dalam kuasa kelapukannya, maut dikalahkan melalui kebangkitan-Nya dari mati dan Iblis dilucuti karena Iblis yang berkuasa atas maut (Ibr 2:14  Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematianNya Ia memusnakan dia, yaitu iblis, yang berkuasa atas maut) tak dapat mencegah Kristus untuk lepas dari cengkeraman maut melalui kebangkitan-Nya.
Akhirnya tubuh kemanusiaan Kristus itu mencapai kemenangan dari kematian dan mengalami kebangkitan serta menyatu dengan kekekalan Kodrat asli Firman, yaitu Kodrat Ilahi-Nya yang sejak penjelmaan-Nya hadir pula dalam tubuh.

Dengan demikian tubuh kemanusiaan Kristus itu telah lepas dari kuasa “dosa, iblis dan maut” (Mrk 10:45  Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang). Demikianlah kemanusiaan itu sekarang telah mengalami “penebusan”atau pelepasan. Maka Tubuh Kemuliaan Kristus yang telah bangkit dan dimuliakan dalam kehidupan dan kekekalan itu sekarang menjadi sumber hidup kekal manusia. Akibat kematian dan kebangkitan Kristus itu kemanusiaan sudah menyatu dengan hidup Ilahi, bearti manusia telah menerima “pendamaian” dengan Allah (Rom 5:10  Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian AnakNya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidupNya)

Itulah sebabnya agar manusia yang bertubuh itu dapat ambil bagian dalam hidup kekal yang menampakkan diri dalam tubuh kebangkitan Kristus tadi, sampai kini di surgapun Kristus masih memiliki “Tubuh Jasmani” yang telah dibangkitkan dan dimuliakan itu. Dan Tubuh Jasmani Kristus yang Mulia itu dengan kemuliaan Ilahi yang Maha Kudus, menjadikan kemanusiaan itu sekarang, dalam Tubuh Kamanusiaan Kristus yang mulia juga menerima “pengudusan”. Dan Tubuh Mulia yang sama ini pula yang menjadi landasan manusia yang menyatu dengan-Nya itu ikut pula dimuliakan. Hal ini dijelaskan dalam ayat Alkitab dibawah ini,

….kewargaan kita adalah di dalam surga, dan dari situ kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini sehingga serupa dengan TUBUH-NYA yang Mulia… (Flp 3:20~21)


Sampai kapanpun Yesus tetap “Logos” atau “Firman Allah” yang memiliki Kodrat Allah Sejati di dalam kesatuan Kodrat dengan Bapa, dan juga memiliki Kodrat Manusia Sejati karena Tubuh yang dikenakan dan dibangkitkan-Nya itu dibawa naik ke surga dan Tubuh itu sekarang berada di sana dalam keadaan mulia, serta menjadi landasan pemuliaan tubuh kita melalui kebangkitan tubuh kita diakhir zaman nanti.

Jadi, Diri Yesus itulah Keselamatan. Kristologi itulah Soteriologi, Soteriologi itulah Kristologi.

Jika Yesus itu hanya Ilahi saja, manunggal dengan Kristus bearti melebur dalam Keilahian, faham demikian ini adalah faham kafir “pantheisme” yang tak dapat diterima oleh iman Kristen yang benar dan Alkitabiah.

Sementara, jika Yesus itu hanya manusia saja, manunggal dengan-Nya tak akan membawa panunggalan kepada hidup yang kekal, sebab manusia biasa pada dirinya sendiri tak memiliki hidup kekal.

Dan, jika Yesus itu setengah Allah dan setengah manusia, kita tak mungkin dapat manunggal dengan yang setengah manusia karena kita adalah manusia yang utuh dan sejati, dan tak akan mendapatkan kemuliaan hidup Ilahi, sebab yang memiliki hidup Ilahi adalah Allah yang Sejati dan Sempurna.

Atau, jika Yesus sekarang tak memiliki Tubuh Manusia lagi, meskipun telah mulia, namun hanya berwujud roh saja, maka keselamatan itu akan hilang karena wujud keselamatan itu adalah dilenyapkannya maut oleh Tubuh yang telah dibangkitkan tadi, maka binasalah kita jika kita percaya Yesus tak memiliki Tubuh lagi dan hanya berwujud roh seperti itu.
Jika memang demikian, kemana hilangnya Tubuh yang telah dibangkitkan itu ? Apakah menguap menjadi gas ketika Ia harus melewati atmosfir pada saat kenaikan-Nya sebagaimana yang diajarkan orang-orang Saksi Yehuwah ?

Maka jelas bahwa Yesus Kristus itu sampai kapanpun tetap “Firman Yang Menjelma”, artinya “Allah Sempurna sebagai Firman”, namun “Insan Sempurna sebagai Yang Telah Menjelma”. Hanya dengan menjaga makna kebenaran dari Kristus yang “Satu Pribadi dengan Dua Kodrat” yang tak pernah berubah, tak berbaur, tak kacau balau, maupun tak terpisah-pisah yang demikian itu sajalah keselamatan itu mungkin bagi manusia. Inilah ajaran Gereja Universal (Katholik) yang Rasuliah dan Alkitabiah, yang telah dibela dan dirumuskan oleh Gereja Perdana dan tetap dipertahankan sampai sekarang.

Dengan demikian kemanusiaan yang dikenakan oleh Firman Allah dalam penjelmaan-Nya, yaitu Yesus Kristus, adalah merupakan kemanusiaan yang baru. Suatu kemanusiaan yang seharusnya dicapai oleh Adam seandainya Adam tidak jatuh di dalam dosa. Itulah kemanusiaan yang sekarang harus menjadi tujuan akhir kita dalam mencapai “Theosis”. Sekarang karena “Theosis” manusia itu sudah terjadi dalam Adam yang akhir dan baru, yaitu Yesus Kristus, maka hanya dengan menyatu dan manunggal dengan Yesus Kristus sajalah “Theosis” itu mungkin bagi kita.

Perbuatan baik dan amal manusia pada dirinya sendiri tanpa menyatu dengan Kristus ini tak akan membawa keselamatan. Tak ada perbuatan baik satupun yang dapat memuliakan manusia, sebab sumber pemuliaan itu adalah Tubuh Kebangkitan Kristus yang telah dimuliakan itu . Keselamatan tak akan didapat melalui perbuatan baik dan amal-jasa manusia sendiri.

Dengan demikian mulai dari Ireneus dan seluruh abad sejarah Kekristenan, para Bapa Gereja di Timur selalu menegaskan :

“Anak Allah menjadi manusia, agar manusia boleh menjadi anak-anak Allah”

“(Firman) Allah menjadi manusia, agar manusia boleh menjadi seperti Allah”

“Yang Roh menjadi Yang Daging, agar yang daging ini boleh ambil bagian di dalam sifat dan kodrat Yang Roh”

“Apa yang dimiliki Allah secara kodrat-Nya, itu diberikan kepada manusia melalui anugerah (rahmat, kasih-karunia)-Nya

Keselamatan itu bukan hanya sekedar status yang diberikan saja (misalnya, “Orang berdosa yang dibenarkan” sebagaimana pernah dihayati oleh Luther), namun kodrat kemanusiaan yang benar-benar secara realita, dan bukan hanya sekedar secara posisi dan status. Keselamatan itu bukan “sesuatu yang dituangkan” dari luar, namun penyembuhan yang dimulai dari dalam. Keselamatan itu bukan sekedar masuk surga lepas dari neraka, namun manunggal dalam hidup Ilahi itu sendiri, dan menyatu dalam kemuliaan kodrat-Nya di dalam Kristus (“ambil bagian dalam kodrat Ilahi” 2 Pet 1:4). Keselamatan adalah pelepasan dari kuasa Iblis, Dosa, Kelapukan Tubuh, Kefanaan Hidup, dan Kematian serta dimanunggalkan dengan Tubuh Kebangkitan Kristus dan dengan demikian manunggal dengan hidup Ilahi, menyatu dalam kemuliaan serta mencapai “Theosis”, sebagai akibat manusia diciptakan oleh Allah menurut Gambar dan RupaNya.

3 Keselamatan sebagai Pengalaman Subyektif Pribadi
dan Karya Roh Kudus


Keselamatan itu secara obyektif-historis telah terjadi dalam pribadi dan karya Penjelmaan Kristus terutama dalam penderitaan, penyaliban, kematian dan kebangkitan-Nya. Dalam pengertian ini kemanusiaan kita secara prinsip sudah diselamatkan. Tetapi karena peristiwa itu sudah terjadi pada masa lampau kira-kira 2000 tahun yang lalu, bagaimana penjelasannya bahwa keselamatan itu masih tetap berlaku bagi kita di abad ke 21 ini ? Dan bagaimana secara subyektif manusia di masa kini dapat mengalami keselamatan yang “sudah terjadi” itu ? Sebelum penderitaan-Nya, Kristus menjanjikan,

Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seoarang Penolong yang lain,
supaya Ia menyertaimu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran … (Yoh 14:16~17)

….Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus Bapa dalam Nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Ku-katakan kepadamu….(Yoh 14:26)

Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku …(Yoh 15:26)


Janji-janji Kristus ini menjelaskan kepada kita bahwa Roh Kudus, yaitu Roh Allah sendiri, yang pada saat Perjanjian Lama selalu bekerja pada orang-orang tertentu, dan selalu hadir untuk menopang kehidupan alam semesta ini, akan secara khusus dikirimkan oleh Allah “atas nama Yesus” untuk menjadi “Penolong yang lain” dan “Penghibur” yang tugasnya adalah “menyertai kamu (orang-orang milik Kristus) selama-lamanya”, “mengajarkan segala sesuatu dan mengingatkan akan semua yang telah Yesus katakan”, serta “bersaksi tentang Yesus”. Ini bearti tugas Roh Kudus adalah untuk menghadirkan Kristus sendiri kepada orang beriman.

Sebagaimana Yesus itulah “Paraklitos” (Penolong) maka Roh Kudus akan menjadi “Penolong yang lain”. Karena itu Roh Kudus tak akan berbicara mengenai ajaran-Nya sendiri, namun mengingatkan segala sesuatu yang Yesus historis itu pernah ajarkan. Roh Kudus tak akan menyaksikan diri-Nya sendiri, tetapi Yesus yang telah dimuliakan itu yang akan disaksikan, demikian dalam Roh Kudus itu, Yesus yang telah melaksanakan Karya-Nya secara historis hadir secara mistik melintas waktu dan tempat, sehingga tetap dapat secara relevan dialami oleh manusia sampai kapanpun.

Padahal dijelaskan pula bahwa “kehadiran khusus” Roh Allah “atas Nama Yesus” ini terkait dengan pemuliaan Yesus sesudah bangkit dari antara orang mati : “… sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan” (Yoh 7:39), dan sesudah Yesus dimuliakan baru Roh Allah yang dijanjikan untuk dikirim secara khusus oleh Allah kepada manusia pada Hari Pentakosta, bearti Pentakosta adalah penggenapan Paskah.
Karya Roh Kudus adalah kelanjutan dan Penggenapan Karya Keselamatan Yesus :

Yesus inilah yang dibangkitkan Allah … dan sesudah Ia ditinggikan (yaitu : sesudah bangkit dan dimuliakan Allah) oleh tangan kanan Allah dan menerima Roh Kudus…. Kis 2:32~33 (yang keluar dari Allah/Sang Bapa… Yoh 15:26)

…. maka dicurahkan-Nya (Roh Kudus yang sama itu tadi oleh Yesus kepada manusia) apa yang kamu lihat dan dengar di sini (pada saat Hari Pentakosta di Yerusalem)…. Kis 2:32~33

Roh Allah yang keluar dari Allah (Bapa) itu sampainya kepada manusia harus melalui Yesus Kristus, sebagai yang mengutus dan mencurahkan-Nya, karena untuk menghadirkan Karya Keselamatan yang ada pada Tubuh Kemanusiaan Yesus yang telah dimuliakan itulah tujuan Roh Kudus dikirim. Demikianlah di dalam Roh Kudus kita menerima Karya Pemulihan Kodrat kita yang ada dalam Tubuh Kemanusiaan Yesus itu. Untuk mengalami Keselamatan di dalam Diri Manusia Yesus yang telah dimuliakan itu bearti harus mengalami di dalam Roh Kudus, dan mengalami Roh Kudus bearti mengalami Pemulihan Kodrat Kemanusiaan Yesus Kristus yang telah mengalami Pemuliaan (Theosis) itu.

Roh Kudus tidak mewahyukan yang lain kepada kita, namun menghadirkan Wahyu Yang Tuntas dan Paripurna, yaitu Firman yang Telah Menjadi Manusia, Yesus Kristus. Dengan menyalurkan kemanusiaan mulia dari Yesus yang telah bangkit itu, maka kehidupan kebangkitan, yaitu kehidupan yang telah menang atas kuasa maut, itulah “Hidup yang Kekal”, yang hadir dalam Tubuh Kemanusiaan Yesus, disalurkan oleh Roh Kudus kepada kita, yaitu Hidup Kebangkitan dan Pemuliaan (Theosis) di dalam iman.

Penyaluran “Hidup Kekal”, itulah “Energi Ilahi” yang bekerja di dalam kita. Dan Energi Ilahi yang dikerjakan oleh Roh Kudus di dalam kita itulah “Rahmat” atau “Kasih Karunia”.
Jadi kita diselamatkan oleh “Kasih Karunia” Allah yang bekerja di dalam kita. Dalam Iman Kristen yang benar, yang disebut “Kasih Karunia” yang menyelamatkan itu bukan hanya sekedar konsep abstrak mengenai sikap Allah yang membenarkan orang berdosa saja (seperti yang ditekankan dalam ajaran “Pembenaran oleh Iman” menurut Luther), namun “Kasih Karunia” juga bearti “Kuasa Allah” (“Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya”…Rom 1:16), yaitu “Energi Allah” yang bekerja untuk memampukan manusia berdosa berubah dari hidup yang dikuasai oleh dosa, serta membawa kepada kekudusan yang berakhir dalam “Theosis”.

Jadi pembenaran dan pengudusan dalam iman Kristen yang benar, bukan hanya sekedar suatu perubahan status dari keadaan dosa “dianggap” benar dalam pengertian hukum (yuridis) saja, tetapi lebih merupakan suatu proses pemulihan kodrat akibat menyatunya manusia dengan Kodrat riil dari Kemanusiaan Kristus yang telah dimuliakan itu karena kuasa “Energi Ilahi” yang dikerjakan oleh Roh Kudus.

Itulah sebabnya keselamatan itu sepenuh-penuhnya merupakan “Kasih Karunia” Allah, yaitu Energi Ilahi yang bekerja untuk mengubah manusia mencapai “Theosis”.
Kalau begitu, apakah “Kasih Karunia” Allah itu memaksa manusia ? Tidak, manusia dapat menolak atau rela untuk membuka diri menerimanya dalam Iman. Dalam visi Iman Kristen yang demikian ini maka ajaran “Irresistable Grace” (Kasih yang tak dapat ditolak) dalam faham Calvinisme itu tak dapat dibenarkan, karena itu mengesampingkan “Kasih Karunia” kehendak bebas yang diberikan Allah kepada manusia sebagai yang diciptakan menurut Gambar dan Rupa Allah. Lagupula telah kita buktikan bahwa waktu manusia diciptakan dia belum mencapai keadaan “sempurna” meskipun amat baik, sehingga kejatuhan manusia dari dosa itu bukan menyebabkan “Kerusakan Total” (Total Depravity) seperti yang difahami oleh Calvinisme yang sama tadi, namun menyebabkan kerusakan dan kemelesetan kodrat (hamartia nenek-moyang) serta kekaburan Gambar Allah yang ada pada manusia saja.

Itulah sebabnya manusia oleh Kasih Karunia Allah yang diberikan dalam penciptaan, mampu untuk membuka dirinya bagi Iman kepada panggilan Allah. Jadi kehendak bebas manusia itu, bukan kemampuan alamiah manusia, dan bukan pula, separuh usaha manusia dan separuh oleh bantuan Kasih Karunia, namun sepenuh-penuhnya merupakan Kasih Karunia Allah, sebagai akibat penghembusan “Nafas Allah” pada manusia (Kej 2:7), yaitu “Energi Ilahi” / “Kuasa Hidup” yang diberikan.

Pada saat penciptaan, tidak ada, apa yang disebut kodrat “alami-murni” (pure nature) pada manusia, namun “Nafas Hidup”, atau “Energi Ilahi”, yaitu “Kasih Karunia” telah hadir sejak awal. Dan manusia ada, karena Kasih Karunia ini, meskipun sepenuh-penuhnya Kasih Karunia ini dipulihkan kembali sesudah kebangkitan Yesus oleh Roh Kudus.

Keterbukaan manusia dalam Iman untuk menerima “Kasih Karunia” Allah inilah yang disebut sebagai “Synergia” (bahasa Yunani : bekerja sama). Karena Iman itu merupakan “Synergia”, maka betullah bahwa Iman yang hidup itu harus dinyatakan dalam “perbuatan baik” sebagai bukti Iman tadi :


…..iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati (Yak 2:26)

…..kamu telah dipanggil untuk merdeka….jangan mempergunakan kemerdekaan itu….untuk kehidupan dalam dosa….melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih (Gal 5:13)

sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman ; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu….karena kita….diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan yang baik (Ef 2:8~10)

…..karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar….karena Allah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya (Flp 2:12~13)


Oleh karena itu dalam Iman Kristen yang benar, tidak ada dikotomi atau kontradiksi antara Iman dan Perbuatan, seperti yang membingungkan Luther sehingga dia menyebut Surat Yakobus sebagai “Surat Jerami” yang nyaris dibuangnya dari Kitab Suci karena penekanan akan perbuatan baik dalam Surat Yakobus itu.

Iman itu akibat Kasih Karunia Allah. Perbuatanpun karena “Allah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan” (Flp 2:12~13). Jadi Iman itu menyatakan diri dalam Perbuatan Baik dan Perbuatan Baik itu bersumber dari Iman, serta kedua-duanya berasal dari “Energi Ilahi”yang bekerja dalam manusia, yaitu “Kasih Karunia” yang bekerja oleh Roh Allah. Dalam melatih Iman untuk selalu menampakkan Buah Perbuatan Baik, itulah pengudusan dalam realita, bukan hanya dalam posisi atau status yang abstrak, tetapi pemulihan kodrat dalam pembersihan dari hawa-nafsu dan dari watak serta sikap lama, sehingga hidup suci menjadi kenyataan Semua proses ini akan terjadi secara terus menerus sebagai pembaharuan yang tak akan pernah berhenti, “dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbarui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya” (Kol 3:10).
Inilah proses pengudusan itu.

Di sinilah peranan asketikisme dan mati raga (puasa, kehidupan rahib dan kehidupan pertapaan Kristen bagi yang terpanggil, pengendalian hawa nafsu melalui usaha-usaha pengekangan tubuh dan lain-lain) mempunyai tempat dalam iman Kristen yang benar. Asketikisme dan mati raga itulah buah iman, dan pendalaman dari karya Kasih Karunia untuk mencapai kasih akan Allah yang lebih dalam sebagai bentuk sikap hidup pertobatan yang terus menerus. Jadi itu tak boleh dimengerti sebagai suatu usaha mencari pembenaran melalui perbuatan yang berasal dari kekuatan sendiri. Segala sesuatu adalah Kasih Karunia yang bekerja. Tak ada perbuatan baik atau amal-jasa macam apapun pada dirinya sendiri yang dapat menyelamatkan manusia. Sebab keselamatan itu bukan hanya sekedar masuk surga serta lepas dari neraka sebagai akibat banyak-sedikitnya “pahala” dari perbuatan baik. Namun keselamatan itu adalah dilepaskan dari kuasa Iblis, dosa, kelapukan, kefanaan dan maut. Inilah yang disebut “pembenaran”, serta dipulihkan dalam kekekalan hidup, kemuliaan dan terutama ambil bagian dalam kodrat Ilahi, yang disebut “Pengudusan atau Theosis”.

Semua karya pelepasan Kristus bagi manusia dari kuasa Iblis, dosa dan maut inilah yang disebut sebagai “penebusan”. Dari keberadaan “kemelesetan kodrat (hamartia)” oleh Adam lalu menyatu dalam kemanusiaan yang telah dipulihkan di dalam Kristus itulah yang disebut “kelahiran kembali”. Ini semua hanya mungkin terjadi melalui penyatuan atau panunggalan kita dengan Tubuh Kemuliaan Yesus yang oleh kebangkitan-Nya telah menghancurkan maut, kelapukan, kefanaan, dosa dan Iblis, serta sekaligus menyatakan kehidupan kekal, kemuliaan dan kodrat Ilahi sendiri (Rom 6:4~5  Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru. [5] Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya).

Mencapai titik pemanunggalan dalam kodrat Ilahi (Theosis) itulah yang disebut sebagai “Pemuliaan” (Rom 8:30  Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya).
Pemuliaan tidak dapat terjadi di luar pemanunggalan dengan kodrat Ilahi Yesus Kristus. Jadi jelaslah tidak ada keselamatan di luar Kristus.
Adalah suatu salah faham besar menyangka praktek asketikisme dalam Iman Kristen yang benar sebagai menukar Kasih Karunia Allah dengan usaha kebaikan sendiri di hadapan Allah untuk mendapatkan kebenaran. Asketikisme adalah suatu bukti tindakan refleksi pendalaman iman yang dikuatkan oleh Kasih Karunia Allah di dalam Kristus. Inilah pendalaman dan penyelamatan ke dalam Kasih Karunia tadi secara serius dan konsekwen.


C a t a t a n 5

Dasar Alkitabiah dari asketikisme yang resmi adalah berdasarkan Surat Ibrani 11:38  Dunia ini tidak layak bagi mereka. Mereka mengembara di padang gurun dan di pegunungan , dalam gua-gua dan celah-celah gunung. Hal ini untuk mencegah pemahaman keliru beberapa orang, yang mengatakan kehidupan merahib/berselibat itu tidak alkitabiah atau pemahaman yang memisahkan secara tegas iman dan perbuatan. Dalam Surat Ibrani 11, secara garis besar berbicara tentang iman, tetapi pada bagian akhir dikatakan ada sementara orang di dunia ini, di samping beriman, ikut pula hidup menyangkal diri, dengan menolak dunia. Dengan menarik diri dari “hiruk pikuk” dunia hipokrit dan sekuler, mereka melaksanakan hidup disiplin rohani dan pelatihan spiritual, seperti berpuasa 6 hari seminggu, melantunkan doa dan mazmur tak kunjung lelah dan bahkan menekan hawa nafsu fisik untuk taat pada kehendak roh. Untuk apa semua itu ? Agar mereka tidak mudah jatuh dalam pencobaan maupun dosa, dan berharap mendapatkan kebangkitan yang lebih sempurna.


Flp 2:12  …… kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar…….

Luk 22:40  ….”Berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan”.

Mat 24:13  Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.

Mat 4:4  “Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah”

1 Kor 6:12  “…aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apapun”.


Mereka ini dikenal dengan istilah eremies atau kaum Hermit. Menurut tradisi Yohanes Pembaptis adalah seorang Hermit. Jadi terbukti asketikisme adalah ajaran yang rasuliah. Asketikisme adalah menolak diperhamba oleh kenikmatan dan kekayaan duniawi, tetapi melepaskan, memerdekakan manusia dari belengu hawa nafsu dan ketergantungan pada materi (uang dan makanan).


Jadi yang disebut sebagai pemilihan, pembenaran, pengudusan, penebusan, kelahiran baru, pemuliaan (Theosis), dan lain-lain itu, dalam perspektif Iman Kristen yang benar, tidak dimengerti sebagai karya Allah yang terpisah-pisah dan berbeda-beda, namun hanya sebagai aspek-aspek yang kaya dari Karya Keselamatan Allah yang tunggal dan berkesinambungan di dalam Kematian dan Kebangkitan Kristus yang disalurkan oleh Roh Kudus.