Tuesday, October 6, 2009

Yang Suci Mulia dan Pemimpin Terpuji dari Para Rasul, Petrus dan Paulus

Yang Suci Mulia dan Pemimpin Terpuji dari Para Rasul, Petrus dan Paulus

Minggu, 29 Juni 2008

Homili Santo Agustinus, Uskup Hippo.
Hari ini Gereja Orthodox dengan ketakjuban mengenang kembali penderitaan dari Yang Suci Mulia dan Terberkati Rasul Petrus dan Paulus.
Santo Petrus, seorang pengikut setia Yesus Kristus, karena pengakuan mendalam akan KeilahianNya: Engkaulah Kristus, Putera dari Allah Yang Hidup,” dianggap layak oleh sang Juruselamat mendengar jawaban ini, “Terberkatilah engkau, Simon ... Aku berkata kepadamu, bahwa engkau adalah Petrus, dan di atas batu karang [petra] ini Aku akan mendirikan GerejaKu” (Mat. 16:16-18). Di atas “batu ini” [petra], berkenaan yang engkau katakan diatas: “Engkaulah Kristus, Putera dari Allah Yang Hidup” bahwa pada pengakuanmu inilah Aku mendirikan GerejaKu. Sementara “engkaulah Petrus”: diasalkan dari “batu” [petra] yang berarti Petrus, dan bukan dari Petrus yang adalah “batu”, sebagaimana Kristen berasal dari Kristus, dan bukan Kristus dari Kristen. Apakah engkau ingin tahu, darimana kata “batu karang” [petra] yang disematkan kepada Rasul Petrus? Dengarlah Rasul Paulus: “Aku mau, supaya kamu mengetahui, saudara-saudara, bahwa nenek moyang kita semua berada di bawah perlindungan awan dan bahwa mereka semua telah melintasi laut. Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam laut. Mereka semua makan makanan rohani yang sama dan mereka semua minum minuman rohani yang sama, sebab mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka, dan batu karang itu ialah Kristus.” (I Kor. 10:1-4). Inilah darimana kata “Batu Karang” yang adalah Petrus.
Tuhan kita Yesus Kristus, pada saat-saat terakhir dari kehidupan duniawiNya, dalam hari-hari pelayananNya bagi umat manusia, memilih dari antara murid-muridNya Dua Belas Rasul untuk mengajarkan Firman Allah. Diantara mereka adalah Rasul Petrus karena semangatnya yang berapi-api, dianggap siap menduduki tempat pertama (Mat. 10:2) dan menjadi pribadi yang mewakili semua Gereja. Olehkarenanya dikatakan kepadanya, secara khusus, setelah pengakuan itu: “Aku akan memberikan kepadamu kunci Kerajaan Allah: dan apa yang engkau ikat di dunia, akan diikat dalam surga: dan apa yang engkau lepas di dunia: akan dilepas dalam surga” (Mat. 16:19). Olehkarenanya bukan satu orang, namun Satu Gereja Semesta, yang menerima “kunci” ini dan hak “untuk mengikat dan melepas.” Dan bahwa demikianlah kenyataannya bahwa Gereja-lah yang menerima hak ini, dan bukan seorang pribadi saja. Palingkanlah perhatianmu ke tempat lain di dalam Kitab Suci, dimana Tuhan yang sama berkata kepada semua RasulNya, “Terimalah Sang Roh Kudus” dan selanjutnya, “Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada” (Yoh. 20:22-23); atau: “Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga” (Mat. 18:18). Jadi, bahwa Gereja-lah yang mengikat dan melepas. Gereja didirikan di atas pondasi batu penjuru, yakni Yesus Kristus Sendiri (Efesus 2:20) baik yang terikat maupun yang terlepas. Biarlah yang terikat dan yang terlepas digentarkan: yang terlepas, agar supaya tidak jatuh dibawah ini lagi; yang terikat, agar supaya tidak selamanya tetap dalam kondisi ini. Olehkarenanya “Orang fasik tertangkap dalam kejahatannya, dan terjerat dalam tali dosanya sendiri,” kata Kebijaksanaan (Amsal 5:22); dan kecuali bagi Gereja Kudus tidak dimanapun juga adalah mungkin untuk menerima yang terlepas.
Setelah KebangkitanNya, Tuhan mempercayakan Rasul Petrus untuk menggembalakan umat rohaniNya bukan karena, bahwa diantara para murid hanya Petrus saja yang paling mumpuni untuk menggembalakan umat Kristus, namun Kristus menunjuk Dirinya Sendiri yang diwakilkan pada Petrus karena, bahwa Petrus adalah yang pertama diantara Para Rasul dan sebagai wakil Gereja; lagipula bahwa, menilik pada Petrus itu sendiri, sebagai kepala Para Rasul, Kristus dengan ini menegaskan kesatuan Gereja. “Simon anak Yohanes” – kata Tuhan kepada Petrus – “apakah engkau mengasihiKu?” – dan sang Rasul menjawab: “Ya, Tuhan, Engkau tahu bahwa Aku mengasihiMu”; dan untuk kali kedua Ia menanyakan hal yang sama, dan dijawab dengan jawaban yang sama pula; pada pertanyaan yang sama untuk kali ketiga, Petrus merasa bahwa jawabannya kurang meyakinkan sehingga sedihlah hatinya. Namun bagaimana mungkin baginya untuk tidak percaya kepadaNya, Dia yang mengenal hatinya? Dan kemudian Petrus menjawab: “Tuhan, Engkau tahu segala hal; Engkau tahu bahwa Aku mengasihiMu.” Dan kata Yesus kepadanya sebanyak tiga kali “Gembalakanlah dombaKu” (Yohanes 20:15-17).
Selanjutnya bahwa, tiga kali seruan dari sang Juruselamat kepada Petrus dan tiga kali pengakuan dari Petrus dihadapan Tuhan memiliki suatu tujuan yang berarti bagi sang Rasul. Yakni, bagi yang diberikan “kunci kerajaan” dan hak “untuk melepas dan mengikat” mengitari dirinya tiga kali dengan takut dan tawar hati (Mat. 26:69-75), dan Tuhan tiga kali melepasnya dengan seruan dan membalikkannya dengan pengakuannya akan kasih yang teguh. Dan menggembalakan dengan sungguh umat Kristus yang diperoleh melalui Para Rasul dan para penerus mereka. “Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan”, Rasul Paulus mendesak para imam gereja, “karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan umat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri” (Mat. 20:28); dan Rasul Petrus kepada para para tetua: “Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri. Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu. Maka kamu, apabila Gembala Agung datang, kamu akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu” (I Pet. 5:2-4).
Nyatalah bahwa Kristus, yang berkata kepada Petrus: “Gembalakanlah domba-dombaKu,” dan tidak berkata: “Gembalakanlah domba-dombamu,” namun menggembalakan, menjadi pelayan yang baik bagi domba Tuhan. “Apakah Kristus dibagi-bagi? Apakah Paulus disalibkan bagimu? Atau adakah kamu dibaptiskan dalam nama Paulus? (I Kor. 1:13). “Gembalakanlah domba-dombaku”. Waspadalah kepada “serigala-serigala buas, para penindas yang berpura-pura, para pengajar palsu dan menyesatkan yang tidak peduli kepada umat” (Mat. 7:15, Kisah 20:29, II Pet. 2:1, Yoh. 10:12), yang menjarah umat dan membuatnya membusuk seolah-olah itu menjadi lahan keuntungan mereka, mereka berfikir bahwa mereka sedang menggembalakan umat mereka. Yang sedemikian bukanlah imam-imam yang baik, sebagaimana para imam Tuhan. “Gembala yang baik memberikan kehidupannya bagi dombanya” (Yoh. 10:11), dan menaruh Tuhan sebagai Gembala Agung bagi dirinya sendiri (I Pet. 5:4). Dan Rasul Petrus, yakin kepada panggilannya, memberikan jiwanya bagi umat sejati Kristus dengan memateraikan kerasulanya dengan mati sebagai martir yang kini dimuliakan di seluruh penjuru dunia.
Rasul Paulus, yang sebelumnya bernama Saul, diubahkan dari seorang serigala penyesat menjadi domba yang taat. Awalnya dia adalah seorang musuh Gereja yang di kemudian hari menjadi seorang Rasul. Awalnya dia memporak-porandakannya, setelahnya dia mengajarkannya. Setelah menerima dari para imam-imam di Yerusalem suatu kewenangan besar untuk menjebloskan orang-orang Kristen dalam belenggu hukuman mati, dia telah bersiap-siap di jalanan, dia menggemakan “ancaman dan pembunuhan melawan para murid Tuhan” (Kisah 9:1), dia haus darah, namun “Dia yang berdiam dalam Surga akan menertawainya dengan pandangan rendah” (Maz. 2:4). Ketika dia, menganiaya dan menyakiti “Gereja Allah” (I Kor. 15:9, Kis. 8:5), dia datang ke Damaskus, dan Tuhan dari Surga memanggilnya: “Saul, Saul, mengapa engkau menganiaya Aku?” dan Aku disini, disana, dimana-mana: inilah kepalaku, inilah tubuhKu. Ini tidaklah mengejutkan kita, karena kita sendiri adalah anggota-anggota Tubuh Kristus. “Saul, Saul. Mengapa engkau menganiaya Aku” (Kisah 9:4-5). Sementara itu Saul menjadi “terkejut dan takut”, seraya berseru: “Siapakah engkau Tuhan?” Tuhan menjawab, “Akulah Yesus Yang engkau aniaya itu.”
Dan Saul serta merta berbelok arah: “Apa yang Engkau ingin aku lakukan?” – dia menjerit. Dan tiba-tiba ada suatu Suara datang padanya: “Bangunlah, dan pergilah ke kota, dan akan dikatakan kepadamu apa yang harus engkau lakukan” (Kisah 9:6). Lalu Tuhan mengutus Ananias: “Bangunlah dan turunlah ke jalan” kepada seseorang, “yang bernama Saul,” dan baptislah dia, “karena dia ini adalah bejana pilihan bagiKu, yang akan membawa namaKu kehadapan bangsa-bangsa lain, dan raja-raja, dan anak-anak Israel” (Kisah 9:11, 15, 18). Bejana ini akan dipenuhi dengan RahmatKu. “Ananias menyela, Tuhan, Aku mendengar dari banyak orang bahwa orang ini sangat jahat, begitu banyak kejahatan yang dilakukan kepada orang suciMu di Yerusalem: dan disini dia membawa kewenangan dari para imam besar untuk menangkap setiap orang yang menyeru NamaMu” (Kisah 9:13-14). Namun Tuhan mendesak Ananias: “Carilah dan jemput dia, karena bejana ini dipilih bagiKu: karena Aku akan menunjukkan padanya perkara-perkara besar yang akan ditanggungnya demi namaKu” (Kisah 9:11, 15-16).
Dan sungguh Tuhan menunjukkan pada Rasul Paulus perkara-perkara yang akan ditanggungnya demi NamaNya. Dia mengajarkan padanya perkara-perkara surgawi. Bahwa ia akan senantiasa dibelenggu, dirantai, dipenjarakan dan mengalami karam kapal. Tuhan memberitahunya penderitaan-penderitaan yang akan terjadi baginya, dan bahwa Dia akan dibimbing hingga harinya tiba. Pada hari ini secara bersama-sama, kenangan dari penderitaan kedua Rasul ini dirayakan, meskipun mereka disiksa di hari yang berbeda, namun karena semangat dan kesamaan penderitaan mereka, keduanya disatukan. Petrus yang pertama kali, dan Paulus mengikuti tidak lama berselang. Mulanya dipanggil Saul, lalu kemudian Paulus, yang kesombongannya telah diubahkan ke dalam kerendahan hati. Namanya (Paulus) yang bermakna “kecil, mungil, enteng,” menyatakannya. Bagaimanakah Rasul Paulus selanjutnya? Tanyalah dia, dan ia akan memberi jawab dengan ini: “Aku,” katanya, “yang paling akhir dari Para Rasul... namun Aku bekerja lebih banyak dari mereka semua: namun bukan Aku, tetapi rahmat Allah, yang ada denganku” (I Kor. 15:9-10).
Jadi dengan demikian, saudara-saudara, kini rayakanlah kenangan dari Para Rasul suci Petrus dan Paulus, kenanglah penderitaan-penderitaan agung mereka, kita memuliakan iman sejati dan kehidupan suci mereka, kita memuliakan ketiadabersalahan dari penderitaan dan pengakuan murni mereka. Mencintai kualitas luhur yang ada dalam mereka dan meniru perbuatan-perbuatan agung mereka, “yang mana meneladani mereka” (II Tes. 3:5-9), dan kita akan menuju kepada kebahgiaan kekal yang dipersiapkan bagi semua orang sucinya. Langkah kehidupan kita yang tadinya sangat menyedihkan, penuh duri, keras, namun, “kita mempunyai begitu banyak saksi-saksi bagaikan awan yang mengelilingi kita” (Ibrani 12:1), menanggalkan segala beban dosa itu, dan menjadikan beban kita ringan, bercahaya, dan lebih siap melangkah. Dia yang pertama kali menanggalkannya “sang pengarang dan penuntas iman kita,” Tuhan kita Yesus Kristus Sendiri (Ibr. 12:2); Para Rasulnya yang terkasih mengikuti, lalu para martir, anak-anak, para wanita, perawan dan sekumpulan besar saksi-saksi. Siapakah yang bertindak di dalam diri dan menolong mereka dalam jalan ini? Dia Yang berkata, “TanpaKu engkau tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh. 15:5), Dialah Itu!


From :http://www.orthodoxindonesia.org/
Homili of
Santo Agustinus, Uskup Hippo.

No comments:

Post a Comment